Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Minyak OPEC Melambat pada Agustus

Setelah volume produksinya memuncak pada Juli 2017, pasokan minyak mentah OPEC pada Agustus 2017 mulai mengalami perlambatan.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Setelah volume produksinya memuncak pada Juli 2017, pasokan minyak mentah OPEC pada Agustus 2017 mulai mengalami perlambatan.

Survei terbaru Bloomberg yang dikutip Minggu (3/9/2017) menyebutkan, produksi minyak OPEC turun 140.000 barel per hari (bph) pada Agustus 2017. Adapun Petro-Logistics memerkirakan rerata produksi 14 negara anggota merosot 419.000 bph dari bulan sebelumnya.

Sebelumnya produksi OPEC melonjak pada Juni sebesar 32,66 juta bph dan Juli sejumlah 32,87 bph, yang berturut-turut mencapai level tertinggi 2017. Volume tersebut melampaui target kesepakatan pemangkasan produksi menjadi 32,50 juta bph.

Salah satu pentolan OPEC, yakni Irak menyampaikan hanya memompa minyak mentah sebanyak 4,32 juta bph. Menurut Menteri Perminyakan Irak Jabbar Al-Luabi, jumlah itu melampaui target kesepakatan pemangkasan produksi sejumlah 4,35 juta bph.

Analis senior Mirae Aset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan menuturkan, harga minyak dapat memanas menuju kisaran US$55—US$60 per barel pada 2018.

Ada sejumlah faktor yang menopang penguatan harga minyak. Pertama, pelaksanaan perjanjian pemangkasan produksi antara Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan produsen minyak lainnya sebesar 1,8 juta barel per hari (bph) pada Januari 2017—Maret 2018.

Kedua, Arab Saudi sebagai eksportir utama dunia akan berupaya menyeimbangkan pasar minyak, karena pertumbuhan ekonominya berkorelasi kuat dengan harga minyak global. Salah satu solusi yang ditempuh ialah membatasi volume ekspor menjadi 6,6 juta bph pada bulan depan, dari 8,5 juta bph pada 2016.

Ketiga, Amerika Serikat juga akan mengelola produksi minyak untuk menggenjot perekonomiannya. Pada 2016, AS menghasilkan minyak sejumlah 12,4 juta bph dan berkontribusi terhadap 13,4% suplai global.

“Pemain kunci di pasar minyak global, yakni Arab Saudi dan AS, akan mengelola pasokan untuk mendukung pertumbuhan ekonominya. Faktor tersebut membuat harga minyak memanas tahun depan,” tuturnya dalam riset.

Keempat, sentimen lain yang memanaskan harga minyak ialah meningkatnya ketegangan geopolitik antara negara-negara di Timur Tengah dan AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper