Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Asia Berpotensi Terdampak Ancaman Trump, Yellen dan Draghi Jadi Sorotan

Pergerakan bursa saham Asia pada perdagangan hari ini diperkirakan akan terdampak oleh ancaman Presiden AS Donald Trump untuk menutup pemerintahan (government shutdown).
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Asia pada perdagangan hari ini diperkirakan akan terdampak oleh ancaman Presiden AS Donald Trump untuk menutup pemerintahan (government shutdown).

Seluruh indeks saham AS melemah dan imbal hasil obligasi 10-tahun mencapai titik terendah sejak Juni setelah pernyataan Trump itu mendorong Fitch Ratings untuk memperingatkan negara adidaya tersebut bahwa mereka akan mengkaji ulang sovereign rating jika gagal menaikkan plafon utang bulan depan.

Sementara itu, dolar AS tergelincir menyusul rilis data penjualan rumah AS untuk bulan Juli yang menyoroti kurang bergairahnya pertumbuhan AS.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan membawa pemerintahan AS ke ambang penutupan (government shutdown), demi menekan Kongres agar mendanai pembangunan tembok perbatasan.

Dalam pidatonya di Phoenix, Trump memberi peringatan kepada anggota parlemen dari kubu Demokrat yang telah menolak rencananya untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.

“Sudah waktunya bagi AS untuk menindak imigrasi ilegal. Dengan satu atau lain cara, kita akan mendapatkan tembok itu,” tegas Trump.

Dilansir Bloomberg, Kamis (24/8/2017), komentar terbaru Trump, yang juga menyinggung tentang mengakhiri Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, menghidupkan kembali kekhawatiran tentang kemampuan pemerintah AS untuk merealisasikan rencana fiskalnya sekaligus meningkatkan kegelisahan tentang masa depan perdagangan global.

Padahal sehari sebelumnya, pernyataan optimistis Menteri Keuangan AS tentang penaikan plafon utang oleh Kongres AS serta reformasi pajak memicu reli 1% pada indeks S&P 500.

Di sisi lain, Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi menghindari memberi petunjuk mengenai pemikiran ECB saat ini dalam sebuah pidato di Jerman. Draghi menyatakan bahwa bank sentral harus berpikiran terbuka terhadap inovasi kebijakan sementara mempersiapkan perkembangan ekonomi di masa depan.

Pernyataan Draghi akan kembali menjadi sorotan bersama dengan komentar Gubernur Federal Reserve Jane Yellen saat mereka hadir dalam pertemuan tahunan para bankir sentral global di Jackson Hole, Wyoming.

Yellen dijadwalkan akan berpidato mengenai stabilitas finansial pada pukul 10 pagi waktu New York pada Jumat (25/8), sedangkan Draghi direncanakan berpidato pada pukul 3 sore.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper