Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Korporasi: Prospek Obligor Korporasi Indonesia Masih Cerah

Tingginya penerbitan obligasi korporasi dalam negeri tahun ini, yang diimbangi peringkat perusahaan yang rata-rata cukup tinggi dan prospek usaha relatif stabil, menandakan iklim investasi obligasi yang positif.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Tingginya penerbitan obligasi korporasi dalam negeri tahun ini, yang diimbangi peringkat perusahaan yang rata-rata cukup tinggi dan prospek usaha relatif stabil, menandakan iklim investasi obligasi yang positif.

PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo mencatat bahwa hingga Agustus tahun ini lebih banyak perusahaan yang mengalami peningkatan peringkat dibandingkan penurunan peringkat.

Ada 12 perusahaan yang mengalami peningkatan peringkat. Peningkatan peringkat paling banyak terjadi pada perusahaan pembiayaan yang mencapai 5 perusahaan, di antaranya PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) dan PT Pegadaian (Persero).

Setelahnya adalah perbankan dengan tiga perusahaan, yakni Bank Mayapada, Bank Mantap, dan Bank Woori Saudara Indonesia. Lalu masing-masing satu perusahaan di beberapa sektor, yakni konstruksi ada PT Nindya Karya (Persero), asuransi ada Perum Jamkrindo, farmasi ada PT Phapros Tbk. dan sekuritas ada PT MNC Sekuritas.

Pefindo hanya menurunkan peringkat pada enam perusahaan, yakni PT Sumberdaya Sewatama di sektor kelistrikan, PT Express Transindo Utama Tbk. di sektor transportasi, PT PP Properti Tbk. di sektor properti, PT Indomobil Trada Nasional di sektor otomotif, PTPN X di sektor perkebunan, dan PT Bima Multi Finance di sektor pembiayaan.

Hendro Utomo, Kepala Divisi Pemeringkatan Institusi Finansial Pefindo, mengatakan bahwa rata-rata perusahaan dalam negeri yang diperingkat Pefindo tahun ini memperoleh peringkat yang cukup baik.

Sepanjang semester pertama tahun ini, jumlah pemeringkatan perusahaan Pefindo mencapai 208 perusahaan. Selain itu, ada satu klien untuk pemeringkatan Efek Beragun Aset dan tiga klien untuk pemeringkatan DIRE.

Selain ada yang meningkat dan menurun, sebagian besar memperoleh peringkat yang tetap dan peringkat baru yang cukup baik. Dari total 274 peringkat yang masih aktif hingga semester pertama 2017, peringkat idA hingga idAAA mencapai 66%, sementara idBBB mencapai 27% dan selebihnya idBB hingga idD.

Hal ini tentu sehat bagi pasar obligasi korporasi dalam negeri, apalagi penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun ini berpotensi memecahkan rekor baru.

Hingga 18 Juli 2017, Pefindo mencatat masih mengantongi mandat pemeringkatan untuk penerbitan sekitar Rp37,35 triliun. Pefindo memproyeksikan hingga akhir tahun ini total penerbitan obligasi korporasi akan mencapai Rp119,6 triliun.

Di sektor finansial, Hendro menilai kondisi industri secara umum masih relatif stabil, kendati persaingan memang cukup ketat. Sektor perbankan masih mengalami tantangan pertumbuhan kredit yang terbatas serta NPL yang masih cukup tinggi, tetapi potensi pemulihan masih besar.

Sektor pembiayaan khususnya pembiayaan otomotif pun cenderung stabil dengan adanya peluang pemulihan lebih cepat di penjualan mobil dibandingkan motor. Namun, sektor ini kemungkinan mengalami tantangan permodalan dari bank, terutama perusahaan pembiayaan yang independen atau tidak terafiliasi pada bank tertentu.

Satu perusahaan pembiayaan, yakni PT Bima Multi Finance mengalami penurunan peringkat terburuk, yakni idD yang menandakan obligor gagal membayar kewajiban finansialnya. Pekan lalu, manajemen BMF meminta Pefindo untuk berhenti memeringkat perseroan.

Niken Indriarsih, Analis Peringkat Perusahaan Pefindo, mengatakan bahwa kendati secara umum hingga saat ini peringkat obligor cukup baik, Pefindo masih mengawasi tren bisnis sejumlah perusahaan. Hal ini untuk memastikan persepsi resiko atas satu perusahaan benar-benar sesuai dengan kondisi riilnya dan tidak merugikan investor.

“Sebagian besar memang masih stabil. Namun, pasar obligasi besar sekali tahun ini, bahkan paling besar selama ini, sehingga betul-betul harus didukung oleh rating yang bagus,” katanya pada Bisnis, Selasa (22/8/2017).

Niken mengatakan, saat ini Pefindo menyematkan negative outlook pada 9 perusahaan. Artinya, peringkat perusahaan-perusahaan tersebut berpotensi turun di masa mendatang, meskipun masih belum pasti.

Dari 9 perusahaan tersebut, 6 di antaranya berasal dari sektor properti, yakni PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA), PT Modernland Realty Tbk. (MDLN), PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN), PT Intiland Development Tbk. (DILD), dan PT Duta Anggada Realty Tbk. (DART).

Tiga perusahaan lainnya yakni PT Express Transindo Utama Tbk. yang masih terpukul persaingan angkutan online, PT Medco Energi International Tbk., dan PT Mandala Finance.

Negative outlook pada sektor properti rata-rata disebabkan realisasi marketing sales yang tidak sesuai ekspektasi. SSIA yang juga bergerak di sektor kontruksi bangunan gedung terpapar risiko masih lemahnya bisnis properti, sementara APLN masih terpapar risiko kelanjutan proyek reklamasi teluk Jakarta.

Hanya tiga perusahan yang memperoleh positive outlook, yakni PT Wika Realty di sektor properti, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. di sektor konstruksi, dan PT Bank DKI.

Tabel
Distribusi Peringkat Per 30 Juni 2017

idAAA

40 Perusahaan

idAA

44 Perusahaan

idA

96 Perusahaan

idBBB

73 Perusahaan

idBB

19 Perusahaan

idB

0 Perusahaan

idCCC

1 Perusahaan

idD

1 Perusahaan

 

Kegiatan Pemeringkatan Selama 2017
Berdasarkan Sektor

idAAA

40 Perusahaan

idAA

44 Perusahaan

idA

96 Perusahaan

idBBB

73 Perusahaan

idBB

19 Perusahaan

idB

0 Perusahaan

idCCC

1 Perusahaan

idD

1 Perusahaan

Sumber : Pefindo, Agustus 2017

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper