Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tunggu Hasil RDG BI, Ini Proyeksi Penawaran Lelang SUN Hari Ini

Penawaran investor dalam lelang Surat Utang Negara hari ini, Selasa (22/8/2017) diperkirakan tidak akan seagresif seperti lelang dua pekan sebelumnya, ditengarai karena efek lanjutan dari gejolak geopolitik konflik Amerika Serikat dan Korea Utara dan proyeksi hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang belum pasti.

Bisnis.com, JAKARTA—Penawaran investor dalam lelang Surat Utang Negara hari ini, Selasa (22/8/2017) diperkirakan tidak akan seagresif seperti lelang dua pekan sebelumnya, ditengarai karena efek lanjutan dari gejolak geopolitik konflik Amerika Serikat dan Korea Utara dan proyeksi hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang belum pasti.

Pemerintah akan kembali menggelar lelang lima seri SUN hari ini dengan target indikatif Rp15 triliun dan target maksimal Rp22,5 triliun. Lima seri yang akan dilelang kali ini yakni SPN03171123 tenor tiga bulan, SPN12180511 tenor sembilan bulan, FR0059 tenor 9,8 tahun, FR0074 tenor 15 tahun dan FR0075 tenor 20,8 tahun.

I Made Adi Saputra, analis obligasi MNC Sekuritas, mengatakan bahwa hasil lelang hari ini akan sedikit terpengaruh oleh proyeksi terhadap hasil keputusan RDG BI. Sejumlah analis perbankan, khususnya perbankan asing, memproyeksikan BI akan memutuskan menurunkan BI 7-Days Repo Rate hingga 25 bps di hari ini.

Menurutnya, bila hal tersebut benar terjadi, tentu akan menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi dalam negeri. Pasalnya, tadinya pelaku pasar mengestimasikan suku bunga akan bertahan di level 4,75% hingga akhir tahun ini.

Hal tersebut berpotensi memacu arus modal masuk ke dalam pasar obligasi yang masih menjanjikan yield lebih menarik, sebab turunnya suku bunga BI akan berimbas pada turunnya bunga deposito perbankan.

Kendati begitu, pandangan pasar masih terpecah sehingga pengambilan keputusan dalam lelang atas asumsi penurunan BI rate cenderung bersifat spekulatif.

Made mengatakan, proyeksi turunnya BI rate didasarkan atas ekspektasi bahwa langkah tersebut akan ditempuh BI untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada kuartal kedua lalu tidak terlepas dari konsumsi yang melambat karena konsumen cenderung wait and see.

“BI mau tidak mau harus beri insentif, salah satunya agar orang mau beli properti lagi. Artinya, harus ada penurunan suku bunga kredit yang diawali penurunan suku bunga acuannya,” katanya, Senin (21/8/2017).

Made mengatakan, bila memang terjadi penurunan BI rate, seri-seri tenor panjang akan menjadi incaran investor. Namun, mengingat hasil keputusan RDG biasanya baru ditetapkan di sore hari, efeknya akan minim terhadap hasil lelang pagi hari.

“Karena itu kami melihat mungkin penawaran yang masuk tidak akan setinggi lelang sebelumnya. Kali ini mungkin hanya akan di kisaran Rp30 triliun hingga Rp40 triliun. Karena kalau kita lihat, penawaran hingga lebih dari Rp50 triliun sebelumnya didorong estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.

Menurutnya, turunnya penawaran kali ini juga erat terkait dengan keluarnya investor asing dalam sepekan terakhir akibat gejolak geopolitik antara Amerika Serikat dan Korea Utara yang memanas. Konflik tersebut berimbas pada persepsi resiko yang lebih besar terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan, posisi kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) hingga 10 Agustus 2017 berada di angka Rp783,61 triliun atau 39,31% dari total outstanding SBN.

Namun, pada 16 Agustus 2017, posisinya menjadi tinggal Rp779,57 triliun atau 39,21% dari total outstanding SBN. Artinya, terjadi jual bersih oleh asing sekitar Rp4,04 triliun dalam sepekan.

Hal tersebut berimbas pada permintaan yang melonjak pada seri-seri SUN bertenor pendek, seiring volatilitasnya yang lebih rendah. Tren ini kemungkinan berbalik bila BI menurunkan suku bunganya, sebab seri-seri tenor panjang masih memberikan imbal hasil tertinggi.

Anil Kumar, analis obligasi Ashmore Aset, sependapat bahwa penawaran investor dalam lelang kali ini pun akan berkisar minimal dua kali lipat dari targetnya, atau antara Rp30 triliun hingga Rp45 triliun.

Anil menilai, pada perdagangan kemarin, Senin (21/8/2017) investor cenderung masih wait and see karena menanti hasil dari RDG BI yang baru akan diumumkan hari ini. Kebimbangan pasar membuat investor ragu untuk mengambil posisi.

“Kalau investor salah ambil posisi pada lelang, sementara suku bunga tidak jadi turun, impact-nya langsung akan terasa di pasar obligasi. Situasinya menjadi sulit juga bagi investor. Saya rasa investor akan cautious esok [hari ini],” katanya, Senin (21/8/2017).

Anil mengatakan, penawaran yang masuk dalam lelang dua pekan lalu yang menembus Rp58,62 triliun tidak terlepas pula dari adanya seri baru FR0075 tenor 20,75 tahun yang akan menjadi seri acuan tahun depan serta proyeksi inflasi yang rendah dari pemerintah.

Saat itu, investor berkepentingan untuk mengejar kepemilikan di seri tersebut di pasar perdana. Namun, saat ini investor tampaknya tidak akan segetol saat itu, sebab saat ini imbal hasil FR0072 tenor 18,75 tahun justru lebih tinggi dibandingkan FR0075.

“Jadi, tidak ada alasan untuk mereka kejar secara agresif, karena kalau mau kejar agresif, beli saja FR0072, lebih murah 13-14 bps dari FR0075. Justru kalau mereka kejar, malah jadi kemungkinan lebih besar bagi FR0075 untuk melemah saat BI tidak jadi turunkan bunga,” katanya.

Kendati begitu, dirinya menilai penawaran terbesar dalam lelang kali ini masih akan didominasi oleh seri FR0075 sebab penerbitannya masih terbatas dan masih tetap menarik sebab akan menjadi seri acuan tahun depan.

Dirinya menilai, minat investor pada surat utang pemerintah Indonesia tetap tinggi, termasuk pada seri-seri tenor panjang, sebab imbal hasil Indonesia masih tetap paling tinggi di antara negara-negara dengan rating BBB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper