Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suspensi Saham Mitra Komunikasi Nusantara (MKNT) Dicabut

Bisnis.com, JAKARTA Suspensi saham PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk. di pasar reguler dan pasar tunai akan mulai dibuka kembali pada sesi I perdagangan, Senin (21/8/2017).
Pengunjung mengamati papan elektronik yang menunjukkan pergerakan indeks harga saham gabungan 9IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (3/8)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung mengamati papan elektronik yang menunjukkan pergerakan indeks harga saham gabungan 9IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (3/8)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Suspensi saham PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk. di pasar reguler dan pasar tunai akan mulai dibuka kembali pada sesi I perdagangan, Senin (21/8/2017).

Bursa Efek Indonesia sempat memberhentikan sementara perdagangan emiten berkode saham MKNT ini pada Jumat (18/7/2017) dengan alasan peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Pasalnya, laju harga MKNT cukup agresif hingga menembus level Rp1.320 per saham dibandingkan dengan harga saham pada akhir Juli 2017 sebesar Rp440 per saham.

Sekretaris Perusahaan Mitra Komunikasi Nusantara Ornella Bartin mengungkapkan, laju saham MKNT agresif sejalan dengan kinerja korporasi yang positif.

"Perseroan positif selama semester I/2017 ini. Aksi korporasi dalam bentuk akuisisi tiga anak usaha yang bergerak dalam bidang penjualan pulsa, membuat kegiatan utama sebagai salah satu distributor pulsa Telkomsel tumbuh pesat," ujarnya, Jumat (18/8/2017).

Ornella menambahkan, aksi korporasi yang agresif diduga menjadi salah satu sentimen positif bagi laju pergerakan saham MKNT di pasar bursa. Pasalnya, hingga saat ini belum ada lagi aksi korporasi atau aktivitas perusahaan lainnya yang berpotensi menjadi trigger pergerakan MKNT.

“Mungkin karena fundamentalnya cukup kuat. Bisa dilihat pendapatan dan laba perseroan pada Q1 dan Q2 meningkat sangat signifikan. Saya rasa itu cukup memberikan pengaruh ya. Itu yang menggerakkan saham MKNT,” katanya.

Selain itu, akuisisi start up baru bernama Kioson dinilai mendapatkan respons positif. Meskipun porsi kepemilikan saham pada perusahaan e-commerce baru tersebut hanya 4,94%.

“Walaupun masih kecil tetapi pasar sepertinya tahu ya, kalau ke depannya potensi di e-commerce itu sangat besar. Karena tren ke depan semuanya akan beralih ke sistem digital dan kami sudah memulai itu dari sekarang,” tambah Ornella.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agnes Savithri
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper