Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Dibayangi Arus Investasi Asing via Rekasa dana

Pergerakan pasar saham Indonesia dibayangi oleh arus investasi asing melalui reksa dana yang dapat diperdagangkan (exchange traded fund/ETF) berisi saham-saham big caps di Bursa Efek Indonesia.
Karyawan melintas di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (27/7)./JIBI-Dwi Prasetya
Karyawan melintas di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (27/7)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Pergerakan pasar saham Indonesia dibayangi oleh arus investasi asing melalui reksa dana yang dapat diperdagangkan (exchange traded fund/ETF) berisi saham-saham big caps di Bursa Efek Indonesia.

Director and Head of Equity PT BNP Paribas Investment Partners Aliyahdin Saugi memaparkan empat risiko yang mempengaruhi kinerja pasar modal Indonesia pada tahun ini. Pertama, momentum pertumbuhan laba emiten yang melambat sehingga membuat valuasi saham terlihat mahal.

Kedua, valuasi saham di seluruh dunia sedang berada pada posisi tertinggi sejak krisis 2008. Kondisi tersebut berisiko memicu aksi ambil untung para investor.

Ketiga, inflasi Indonesia berada pada level yang relatif rendah. Dari sudut pandang negatif, rendahnya inflasi dapat diasumsikan sebagai lesunya perekonomian sehingga membuat investor khawatir terhadap tingkat pengembalian investasinya.

"Ada juga risiko dari flow ETF yang beberapa bulan terakhir banyak outflow untuk profit taking. ETF asing banyak koleksi big caps," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (14/8).

Menurutnya, investor asing banyak yang berinvestasi di pasar saham Indonesia melalui wadah ETF. Arus investasi ETF, lanjut Aliyahdin, akan ditentukan oleh kinerja pertumbuhan pendapatan dan laba emiten.

BEI mencatat nilai transaksi investor asing sepanjang Januari hingga akhir Juli 2017 mencatatkan beli bersih senilai Rp6,73 triliun. Nilai tersebut turun dibandingkan beli bersih investor asing sebesar Rp16,17 triliun sepanjang tahun lalu.

Lantas sepanjang pekan lalu, asing kembali membukukan jual bersih sebesar Rp1,15 triliun sehingga net buy menyusut menjadi Rp4,29 triliun per Jumat (11/8).

Senada, Direktur Utama Samuel Asset Management Agus Yanuar mengatakan secara historis investor asing cenderung jual bersih pada periode musim panas. Aksi jual bersih terutama dilakukan oleh manajer investasi asing yang mengelola ETF yang sebagian portofolionya berisi efek saham di Indonesia.

"ETF asing ambil untung sejak awal tahun karena IHSG dan rupiah menguat, mereka profit taking," kata Agus.

Saat IHSG mencetak return 10,06% pada akhir semester I/2017, investor asing berpotensi mengantongi imbal hasil lebih tinggi 1% menjadi sekitar 11% seiring rupiah yang cenderung menguat terhadap dolar AS kendati The Fed menaikkan tingkat bunga acuannya.

Hingga Jumat (11/8), IHSG ditutup pada level 5.766,14 atau mencetak kenaikan 8,86% sepanjang tahun ini. Kinerja IHSG secara year-to-date berada pada peringkat ketujuh di antara bursa acuan dunia setelah Hang Seng Hong Kong dengan kenaikan 22,19%, S&P Sansex India 17,19%, PSE Index Filipina 15,9%, Kospi Korea Selatan 14,47%, FTSE Strait Times Singapore 13,85%, dan DJIA Amerika Serikat 10,53%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper