Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Asia Terbebani Ketegangan AS-Korut, Rupiah Berakhir Melemah

Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (11/8/2017), di saat mayoritas mata uang Asia terdepresiasi.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (11/8/2017), bersamaan dengan mayoritas mata uang Asia terdepresiasi.

Rupiah ditutup melemah 0,21% atau 28 poin di Rp13.361 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,28% atau 37 poin di Rp13.370.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.346 – Rp13.385 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Kamis (10/8), rupiah ditutup stagnan di posisi 13.333 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau naik 0,08% atau 0,075 poin ke 93,476 pada pukul 16.52 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka naik tipis 0,02% atau 0,015 poin di level 93,416, setelah pada perdagangan Kamis berakhir melemah 0,16% di posisi 93,401.

Nilai tukar rupiah berakhir melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini di saat mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau terdepresiasi.

Peso Filipina dan renminbi China yang masing-masing terdepresiasi 0,46% dan 0,30% memimpin pelemahan kurs di Asia. Di sisi lain, yen Jepang dan baht Thailand masing-masing terpantau menguat 0,12% dan 0,01%.

Peso Filipina memimpin pelemahan pada mata uang Asia setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan ancaman kembali kepada Korea Utara, menyusul kabar rencana peluncuran rudal oleh Korut ke basis militer AS di Guam.

Trump mengingatkan rezim Kim Jong-un untuk tidak menyentuh wilayah Guam serta menjanjikan reaksi yang dahsyat atas serangan apapun terhadap AS maupun sekutu-sekutunya.

“Ini adalah kelanjutan dari ketegangan seputar Korea Utara, dimana telah terjadi eskalasi dalam perang kata-kata dan itu membuat pasar menahan pergerakannya,” ujar Sim Moh Siong, pakar strategi mata uang di Bank of Singapore Ltd., seperti dikutip dari Bloomberg.

“Jika hanya terbatas pada perang kata-kata, tidak masalah. Tapi kekhawatiran yang lebih besar adalah jika terjadi salah perhitungan dan insiden dalam perjalanannya,” lanjutnya.

Di sisi lain, meski aktivitas perdagangan di Jepang hari ini ditiadakan karena libur nasional, namun permintaan untuk yen tetap kuat hingga menyentuh level 108 per dolar AS. Yen, sebagai aset safe haven, cenderung diuntungkan dalam saat-saat penuh pergolakan di saat investor menghindari aset berisiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper