Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Pangkas Ekspor Minyak Bulan Depan

Arab Saudi dikabarkan akan memangkas penjualan minyak mentah pada bulan depan ke beberapa pembeli di di Asia sebagai pasar minyak terbesar di dunia. Pembatasan bertujuan menyusutkan surplus suplai global.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Arab Saudi dikabarkan akan memangkas penjualan minyak mentah pada bulan depan ke beberapa pembeli di di Asia sebagai pasar minyak terbesar di dunia. Pembatasan bertujuan menyusutkan surplus suplai global.

Pada perdagangan Rabu (9/8/2017) pukul 09.50 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2017 turun 0,17 poin atau 0,35% menuju US$49 per barel. Adapun minyak Brent kontrak Oktober 2017 terkoreksi 0,23 poin atau 0,44% menjadi US$51,91 per barel.

Menurut sumber Bloomberg, Saudi Arabian Oil Co. sebagai perusahaan minyak terbesar milik negara akan memasok volume yang lebih rendah dari yang diminta oleh beberapa pelanggan Asia pada September 2017. Pemangkasan ekspor diperkirakan mencapai 1 juta barel untuk pasar Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Arab Saudi memutuskan membatasi kargo ke Asia karena pasar minyak menghadapi persaingan dari minyak shale Amerika Serikat. Rencana OPEC memangkas produksi juga terhalang oleh bertumbuhnya produksi Nigeria dan Libya.

Perwakilan Arab Saudi mengatakan bulan lalu pihaknya berencana untuk meningkatkan tekanan kepada negara-negara yang tidak mematuhi janji mereka dalam memangkas produksi. Seperti diketahui, OPEC dan non-OPEC berencana mengurangi produksi harian sebesar 1,8 juta barel per hari (bph) pada Januari 2017--Maret 2018.

Menurut survei Bloomberg, kepatuhan pemangkasan produksi merosot menjadi 86% pada Juli 2017, atau level terendah sepanjang Tahun Ayam Api. Sentimen tersebut turut membebani harga minyak global.

Rencana Arab Saudi memangkas ekspor pada bulan depan mundur dari perkiraan sebelumnya. Pada Juli 2017, Arab Saudi menyatakan akan mengurangi pengapalan minyak ke luar negeri sebesar 1 juta barel menjadi sekitar 6,6 juta barel mulai Agustus 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Sumber : bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper