Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC Diskusikan Kepatuhan, WTI Bertahan di Level 49 Per Barel

Harga minyak mentah AS bertahan di atas US$49 per barel pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di saat investor menantikan tanda-tanda bahwa negara-negara produsen minyak top dunia akan memantapkan kepatuhan terhadap kesepakatan pemangkasan suplai mereka.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah AS bertahan di atas US$49 per barel pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di saat investor menantikan tanda-tanda bahwa negara-negara produsen minyak top dunia akan memantapkan kepatuhan terhadap kesepakatan pemangkasan suplai mereka.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September ditutup turun 19 sen di US$49,39 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 14% di atas rata-rata pergerakan 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober berakhir turun 5 sen di US$52,37 per barel di ICE Futures Europe exchange.

Rusia dan Kuwait dikabarkan bertemu dengan sejumlah negara penghasil minyak seperti Irak di Abu Dhabi untuk membahas kepatuhan terhadap kesepakatan pemangkasan produksi OPEC.

Di sisi lain, pemulihan produksi minyak di Libya berlanjut saat operasi pada ladang minyak terbesarnya, Sharara, kembali normal setelah akhir pekan lalu terhenti oleh para pemrotes bersenjata.

Rebound pasokan minyak di Libya telah menghambat upaya oleh anggota OPEC untuk mengatasi kelebihan suplai global. Menurut Baker Hughes Inc., aktivitas pengeboran di seluruh dunia telah mencapai puncaknya dalam hampir dua tahun pada bulan Juli.

“Satu-satunya yang kita miliki adalah hasil pertemuan OPEC. Ada spekulasi tentang apakah pihak Rusia setuju untuk pemangkasan suplai yang lebih besar. Harus ada suatu pernyataan agar minyak dapat keluar dari kisaran US$48 atau US$49,” ujar Bob Yawger, director of futures division di Mizuho Securities, seperti dikutip dari Bloomberg (Selasa, 8/8/2017).

Harga minyak di New York tak mampu mempertahankan kenaikannya di atas US$50 per barel pekan lalu akibat tanda-tanda kenaikan suplai global yang mengikis optimisme bahwa upaya pembatasan produksi oleh OPEC dan sejumlan negara non-OPEC kembali menyeimbangkan pasar.

Arab Saudi bulan lalu menyatakan bahwa pihaknya berencana untuk meningkatkan tekanan pada negara-negara yang lalai dalam hal mematuhi kesepakatan yang dijanjikan.

Rusia dan Kuwait dikabarkan memulai pertemuan selama dua hari secara terpisah dengan perwakilan dari Irak, Uni Emirat Arab, Kazakhstan, dan Malaysia di Abu Dhabi untuk membahas kepatuhan negara-negara terhadap kesepakatan pengurangan produksi minyak mentah global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper