Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Pasokan Muncul, WTI Kembali Tinggalkan Level US$50/Barel

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman September ditutup melemah 1,1% atau 0,56 poin ke level US$49,03 per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah kembali tergelincir di bawah level US$50 per barel pada Kamis (3/8/2017) karena meningkatnya produksi di AS sehingga menimbulkan kekhawatiran berlebihnya pasokan.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman September ditutup melemah 1,1% atau 0,56 poin ke level US$49,03 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak pengiriman Oktober ditutup turun 0,35 poin ke level US$ 52,01 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Berdasarkan data Energy Information Administration yang dirilis Rabu, produksi minyak AS meningkat 20.000 barel per hari menjadi 9,43 juta barel per pekan lalu. Sementara itu, persediaan minyak mentah turun 1,53 juta barel, sedangkan stok bensin turun ke level terendah sejak Desember menyusul melonjaknya konsumsi.

"Pada akhirnya, sepertinya kita akan melihat terus menurunnya persediaan, tidak hanya di sisi minyak mentah, tapi juga pada sisi produk. Permintaan masih cukup kuat," kata Bart Melek, kepala analis komoditas global TD Securities, seperti dikutip Bloomberg.

“Namun, harga tidak akan menguat terlalu jauh lagi sampai ada kepastian seputar kebijakan OPEC dan fundamentalnya tahun depan," lanjutnya.

Meskipun turunnya persediaan minyak AS dan kenaikan permintaan bensin membantu menopang harga pada hari Rabu, produksi mencapai tingkat tertinggi sejak Juli 2015 dan produsen minyak shale seperti EOG Resources Inc. yang membukukan target produksi yang lebih tinggi dalam laporan keuangan mereka memberikan sentimen negatif.

Seperti dilansir Bloomberg, pengebor shale Amerika Resources EOG, Devon Energy Corp., Newfield Exploration Co. dan Diamondback Energy Inc. menekankan target output mereka yang akan membantu meningkatkan produksi AS ke level 10 juta barel per hari tahun depan.

Minyak WTI sebelumnya naik di atas level US$50 per barel untuk pertama kalinya sejak Mei karena Arab Saudi berjanji untuk memangkas ekspor bulan ini. Namun, investor terus mengevaluasi apakah akan ada lebih banyak minyak shale AS yang akan membanjiri pasar dan menekan harga di saat OPEC dan sekutunya berupaya mengekang produksi.

"Selama ada kenaikan produksi, ini akan menjadi sentimen bearish," Phil Flynn, analis pasar senior Price Futures Group Inc.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper