Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Bensin di AS Meningkat, WTI Ditutup Menguat

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September ditutup menguat 0,43 poin atau 0,9% ke level US$ 49,59 per barel di New York Mercantile Exchange, dengan total volume yang diperdagangkan mencapai 20% di atas rata-rata 100 hari.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan Rabu (2/8/2017) karena meningkatnya permintaan bensin meredakan kekhawatiran bahwa kenaikan produksi minyak shale AS akan memperburuk pasokan global.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September ditutup menguat 0,43 poin atau 0,9% ke level US$ 49,59 per barel di New York Mercantile Exchange, dengan total volume yang diperdagangkan mencapai 20% di atas rata-rata 100 hari.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Oktober ditutup menguat 0,58 poin ke level US$52,36 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Seperti dilansir Bloomberg, Energy Information Administration (EIA) melaporkan cadangan minyak mentah AS turun sebesar 1,53 juta barel ke 481,9 juta barel, yang merupakan level terendah sejak Desember.

Angka tersebut masih setengah kali lebih kecil dari perkiraan nalis yang disurvei Bloomberg yang mencapai 3,1 juta barel. Adapun produksi minyak mentah meningkat 20.000 barel per hari menjadi 9,43 juta barel.

Sementara itu, pasokan bensin turun 2,52 juta barel menjadi 227,7 juta barel, sedangkan permintaan melonjak 21.000 barel per hari menjadi 9,84 juta barel, yang merupakan rekor tertinggi.

"Pasar mencerna dan mempelajari data yang ada. Ini menunjukkan bahwa permintaan sebenarnya sangat kuat dan agak menonjol, dan itulah alasan minyak bangkit kembali," ujar Michael Loewen, analis Scotiabank, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (2/8/2017).

Janji Arab Saudi dan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) lainnya untuk mengurangi pengiriman minyak mentah mendorong minyak di atas level US$50 per barel di New York untuk pertama kalinya sejak bulan Mei minggu ini.

Namun, reli harga goyah saat produksi OPEC tercatat naik pada bulan Juli, dipimpin oleh kenaikan produksi Libya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper