Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Minyak Libya Melonjak ke Level Tertinggi Tiga Tahun

Ekspor minyak mentah Libya melonjak ke level tertinggi baru dalam tiga tahun. Hal ini memberikan pukulan baru bagi OPEC dan sejumlah negara non-OPEC di tengah upaya mereka untuk membatasi surplus pasokan global yang menekan harga komoditas tersebut.
Minyak West Texas Intermediate/Reuters
Minyak West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor minyak mentah Libya melonjak ke level tertinggi baru dalam tiga tahun. Hal ini memberikan pukulan baru bagi OPEC dan sejumlah negara non-OPEC di tengah upaya mereka untuk membatasi surplus pasokan global yang terus menekan harga komoditas tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, negara Afrika Utara tersebut mengekspor sekitar 865.000 barel per hari (bph) minyak mentah pada Juli atau naik 11% dari raihan pada Juni. Padahal, angka ekspor minyak mentah pada Juni sendiri sudah menjadi yang tertinggi, setidaknya sejak Juli 2014.

Laju bangkitnya penjualan minyak mentah Libya merupakan hal yang sangat penting bagi pasar minyak. Bersama dengan Nigeria, Libya tidak terikat dalam kesepakatan pembatasan suplai organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) yang telah berlaku sejak awal tahun ini.  

Konflik domestik yang memukul kedua negara tersebut memberi kebebasan untuk memompa minyak, sementara negara produsen lainnya kehilangan pendapatan ekspor mereka sendiri.

“Kebangkitan Libya mengacaukan upaya OPEC untuk menyeimbangkan pasar minyak kembali. Hal tersebut muncul ketika negara lain yang setuju untuk membatasi produksi terlihat mulai lalai dengan kesepakatan tersebut,” kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank AG., seperti dikutip dari Bloomberg.

Data Bloomberg juga menunjukkan total produksi negara-negara anggota OPEC meningkat 210.000 bph pada Juli dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menjadi 32,87 juta bph. Libya tercatat menjadi kontributor utama terhadap kenaikan ini.

“Mungkin merupakan tantangan bagi Libya untuk mempertahankan tingkat ekspor saat ini,” ujar Torbjorn Kjus, kepala analis minyak di DNB Bank ASA.

“Akan menjadi kejutan jika mereka dapat mempertahankan produksi tetap stabil. Masih banyak kelompok dan orang yang berjuang untuk mendapatkan bagian dari penjualan minyak negara tersebut,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper