Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UNCTAD: 2016, Produksi Bijih Besi Global Naik 5%

Laporan United Nations Conference on Trade and Developments (UNCTAD) menyebutkan produksi bijih besi global pada 2016 naik 5% year on year (yoy) menjadi 2.106 juta ton.

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan United Nations Conference on Trade and Development’s (UNCTAD) menyebutkan produksi bijih besi global pada 2016 naik 5% year on year (yoy) menjadi 2.106 juta ton.

Dalam publikasinya Senin (31/7/2017), UNCTAD menyampaikan, meskipun konsumsi bijih besi China melesu dan harganya tertekan pada sebagian besar periode 2016, aktivitas industri bahan baku baja itu mengalami kenaikan dalam produksi serta ekspor.

Industri bijih besi mengalami peningkatan yang signifikan tahun lalu setelah pertumbuhan yang lebih lambat, sehingga harga yang lebih rendah menipiskan margin keuntungan perusahaan produsen.

Laporan bertajuk UNCTAD Iron Ore Market Report juga menyebutkan, indikator utama permintaan dan penawaran, perdagangan dan harga di luar negeri, serta semua sentimen lainnya membuat adanya kenaikan harga pada 2016.

"Pasar untuk logam dasar seperti bijih besi adalah tolok ukur bagi ekonomi global, dan dalam beberapa tahun terakhir ini telah berfluktuasi secara erat dengan keadaan ekonomi negara-negara emerging and developing ," kata Yanchun Zhang, Chief of UNCTAD’s Commodity Policy Implementation and Outreach Section.

Meskipun konsumsi Cina tetap rendah, dan harga tidak membaik pada tahun 2016, pasar mulai membaik pada akhir tahun. Harga kemudian ditutup melebihi US$ 80 per ton.

Pada penutupan perdagangan Senin (31/7) harga bijih besi kadar 62% di bursa Dalian kontrak teraktif September 2017 naik 3,89 poin atau 4,94% menuju US$82,43 per ton. Ini merupakan level tertinggi sejak 24 Maret 2017 di posisi US$84,27 per ton.

Sepanjang 2017 harga merosot 12,26%. Tahun lalu, harga bijh besi melonjak 84,18% year on year (yoy) menjadi 652 yuan (US$93,95) per ton.

Lonjakan harga pada 2016 terjadi karena dukungan stimulus pemerintah China terhadap produksi baja yang menaikkan sisi konsumsi. Negeri Panda menyerap 58% bijih besi global dan memasok sekitar 50% baja di dunia, sehingga kinerjanya sangat berpengaruh terhadap pasar komoditas tersebut.

Produksi bijih besi global tumbuh 5% yoy pada 2016 menjadi 2.106 juta ton. Hal ini terutama didorong oleh tambahan 30 juta ton bijih pengiriman langsung dari Australia, yang merupakan sumber utama produk baru yang masuk ke pasar China.

Adapun volume ekspor pada 2016 naik menjadi 1.513 juta ton dibandingkan 2015 sejumlah 1.439 juta ton. Hal ini membuat pasar cenderung seimbang. Kenaikan perdagangan global disumbang Australia yang berkontribusi 44 juta ton pasokan tambahan.

Rerata ongkos produksi bijih besi pada 2016 ialah US$34 per ton. Adapun biaya terendah bisa mencapai US$23 per ton.

Anggaran biaya eksplorasi pada 2016 menunjukkan penurunan selama empat tahun berturut-turut menjadi US$685 juta. Sebelumnya pada 2015, angka eksplorasi bijih besi mencapai US$1,14 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper