Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Masih Jadi Andalan ANTM

Komoditas emas masih menjadi kontributor terbesar penjualan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. pada Semester I/2017. Meski, porsinya lambat laun terus berkurang.
Antam/Ilustrasi
Antam/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Komoditas emas masih menjadi kontributor terbesar penjualan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. pada Semester I/2017. Meski, porsinya lambat laun terus berkurang.

Corporate Secretary PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Aprilandi Hidayat Setia mengungkapkan pada semester I/2017, nilai penjualan bersih tidak diaudit perseroan tercatat sebesar Rp3,17 triliun dengan komoditas emas menjadi komponen terbesar yang menyumbang Rp1,8 triliun atau sekitar 57%. “Pada kuartal II 2017, penjualan bersih tidak diaudit Antam tercatat sebesar Rp1,52 triliun,” tulisnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Senin (31/7/2017).

Jika dibandingkan dengan Semester I/2016, emiten berkode ANTM ini mampu mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp4,16 triliun dengan komoditas emas sebagai kontributor terbesar dengan kontribusi 68% atau Rp2,84 triliun.

Menurunnya kontribusi emas tersebut salah satunya disebabkan menurunnya produksi emas perseroan, meski tidak begitu signifikan. Pada semester I/2016, perseroan mencatatkan volume produksi emas 1.015 kilogram, sedangkan pada semester I/2017, produksi emas perseroan hanya 1.013 kilogram.Kendati demikian, volume penjualan emas perseroan pada Semester I/2017 mencapai 2.788 kilogram.

“Perseroan terus berupaya untuk meningkatkan penjualan emas dengan melakukan inovasi pada berbagai produk emas Logam Mulia. Salah satunya melalui pengembangan produk perhiasan yang dipadukan dengan emas batangan motif batik,” tulis manajemen. Hanya saja, menurunnya kontribusi emas dalam penjualan bersih perseroan, ditopang oleh semakin kuatnya posisi bauran feronikel yang terus menunjukkan peningkatan.

Pada semester I/2016, feronikel hanya berkontribusi sebesar 23% dari total penjualan atau sekitar Rp950 miliar. Kini, sepanjang semester I/2017, feronikel memberikan kontribusi 33% dari total penjualan bersih atau sebanyak Rp1,04 triliun. Volume produksi feronikel pun terus menunjukkan peningkatan. Volume produksi feronikel pada semester I/2017 tercatat sebesar 9.327 ton atau naik 12% dibandingkan pada semester I/2016 yang hanya 8.304 ton.

Manajemen mengungkapkan penaikan volume produksi feronikel disebabkan terlah selesainya pengerjaan roof replacement electric smelting furnace-3 (ESF-3) dan optimalisasi fasilitas produksi feronikel III pada Maret 2017. Kendati demikian, perseroan hanya mencatatkan penjualan feronikel sebesar 7.791 ton pada semester I/2017. Jika ditengok pada kuartal II/2017, volume produksi feronikel perseroan mencatatkan kenaikan sebesar 62% menjadi 6.392 ton secara year-on-year dibanding kuartal II/2016.

Pada kuartal inilah, perseroan mulai melakukan ekspor bijih nikel kadar rendah. Volume produksi bijih nikel sepanjang semester I/2017 yang digunakan untuk memproduksi feronikel, penjualan domestik dan ekspor sebanyak 1,58 juta ton yang terdiri dari 967.991 ton bijih nikel berkadar tinggi dan 608.845 ton bijih berkadar rendah.

Adapun, volume penjualan bijih nikel sebesar 326.013 ton yang terdiri dari 50.500 ton untuk penjualan ke pasar domestik dan 275.513 ton bijih kadar rendah untuk pasar ekspor. Penjualan bijih nikel menyumbang Rp146 miliar pada semester I/2017. Dari jumlah itu, sebanyak Rp123 miliar dihasilkan pada kuartal II/2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper