Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar SUN: Minat Pada Seri Tenor Panjang Semakin Tinggi

Minat investor terhadap surat utang negara bertenor panjang kian meningkat seiring kondisi fundamental ekonomi dalam negeri yang kuat dan gejolak global yang relatif terkendali, sebab masih menawarkan yield yang tinggi.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Minat investor terhadap surat utang negara bertenor panjang kian meningkat seiring kondisi fundamental ekonomi dalam negeri yang kuat dan gejolak global yang relatif terkendali, sebab masih menawarkan yield yang tinggi.

I Made Adi Saputra, Analis Obligasi MNC Sekuritas, mengatakan penurunan yield SUN tenor panjang sepanjang tahun ini relatif lebih lambat dibandingkan tenor-tenor pendek. Hal ini menyebabkan yield surat utang panjang masih jauh lebih tinggi dibandingkan tenor pendek.

Berdasarkan data IBPA, penurunan yield obligasi pemerintah secara year to date hingga Kamis (27/7/2017) untuk tenor satu tahun hingga sembilan tahun berkisar antara 87,51 bps hingga 105,15 bps.

Sementara itu, untuk tenor 10 tahun hingga 30 tahun, penurunan yield rata-rata lebih rendah, antara 61,19 bps hingga 95,03 bps.

Posisi yield obligasi pemerintah untuk tenor di bawah 10 tahun kini berkisar antara 4,27% hingga 7,06%, sedangkan untuk tenor 10 tahun ke atas posisi yield lebih tinggi dengan kisaran antara 7,14% hingga 7,89%.

Made mengatakan, potensi yield yang tinggi ini di tengah kondisi ekonomi yang stabil menyebabkan banyak investor meminati SUN tenor panjang. Lagi pula, dengan kondisi yield yang masih tinggi, potensi capital gain karena peningkatan harga masih lebih besar.

“Karena untuk tingkat penurunan yield yang sama, kenaikan harga pada tenor yang panjang akan lebih tinggi,” katanya pekan lalu.

Dalam dua lelang Surat Utang Negara (SUN) pada bulan Juli pun terlihat penawaran terbesar investor adalah pada seri-seri bertenor panjang. Kondisi yang tidak jauh berbeda terjadi pula di pasar sekunder. Padahal, di awal tahun minat lebih besar pada seri-seri tenor pendek.

Di pasar primer, total penawaran SUN untuk seri tenor 10 tahun hingga lelang terakhir telah mencapai Rp96,82 triliun, sementara tenor 5 tahun sekitar Rp78,28 triliun. Tenor 15 tahun mencapai Rp52,9 triliun dan tenor 20 tahun mencapai Rp61,92 triliun.

Di pasar sekunder, transaksi untuk tenor 10 tahun mencapai Rp246,18 triliun dengan frekuensi hingga 14.128 kali, sementara untuk tenor lima tahun volumenya hanya Rp144,21 triliun dan frekuensi 4.515 kali.

Volume perdagangan untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun masing-masing mencapai Rp109,63 triliun dan Rp206,53 triliun dengan frekuensi 11.496 kali dan 13.640 kali.

Made menilai, persepsi yang semakin positif terhadap stabilitas pasar surat utang Indonesia semakin diperkuat oleh data-data perekonomian Amerika yang tidak sesuai harapan serta kecenderungan sejumlah bank sentral global untuk lebih akomodatif dalam kebijakan pengetatan moneter.

Ramdhan Ario Maruto, associate director fixed income Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan seri tenor pendek relatif lebih stabil dibandingkan tenor panjang, sehingga tenor pendek cenderung diincar ketika volatilitas pasar tinggi.

Minat investor yang kian meningkat terhadap pasar surat utang negara berkembang, termasuk Indonesia, lantas mendorong imbal hasil di seri-seri tenor pendek semakin menurun sepanjang tahun ini.

Kini, investor mulai meminati seri-seri tenor panjang setelah mengamati kencenderungan pasar lebih stabil. Hal ini juga didorong oleh keyakinan terhadap prospek surat utang pemerintah Indonesia setelah penetapan peringkat layak investasi oleh S&P serta data-data perekonomian dalam negeri yang menunjukkan posisi fundamental yang kuat.

“Kondisi seperti ini artinya market mengganggap makro ekonomi kita stabil dan mereka juga mengharapkan tingkat return yang lebih tinggi dengan masuk di lelang seri bertenor panjang,” katanya.

Anup Kumar, senior fixed income analyst Maybank Indonesia, mengatakan bahwa SUN tenor panjang umumnya diincar perusahaan asuransi jiwa. Namun, aktifnya permintaan di pasar boleh jadi juga didorong oleh investor sektor lain yang memang mengagendakan perolehan keuntungan investasi jangka pendek.

Hal ini didorong oleh proyeksi investor terhadap rilis data-data ekonomi Indonesia berikutnya akan tetap positif. Inflasi diperkirakan akan terus turun, eksport tetap kuat, sementara ekonomi kuartal kedua diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal pertama atau sekitar 5,14%.

“Ini sebenarnya katalis positif kenapa investor akhirnya memburu tenor panjang dengan ekspektasi bisa mendapatkan sort term capital gain. Ekspektasinya Indonesia akan terus memperbaiki kondisinya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper