Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Minyak & Bensin AS Turun, WTI & Brent Lanjut Reli

Reli harga minyak mentah berlanjut pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), menyusul laporan turunnya jumlah persediaan minyak Amerika Serikat (AS) ke level yang dicapai awal tahun ini.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Reli harga minyak mentah berlanjut pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), menyusul laporan turunnya jumlah persediaan minyak Amerika Serikat (AS) ke level yang dicapai awal tahun ini.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September ditutup menguat 86 sen di US$48,75 per barel di New York Mercantile Exchange, level penutupan tertinggi sejak 30 Mei.

Adapun minyak Brent kontrak September berakhir naik 77 sen di US$50,97 per barel, di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Data Energy Information Administration (EIA) yang dirilis pada Rabu menunjukkan jumlah persediaan minyak mentah turun 7,21 juta barel per hari (bph) pada pekan lalu ke level terendah sejak 6 Januari. Adapun, jumlah persediaan bensin turun untuk pekan keenam menuju level terendah sejak Desember.

Jumlah stok minyak mentah AS turun menjadi 483,4 juta barel pekan lalu, sedangkan jumlah stok bensin turun 1,02 juta barel menjadi 230,2 juta barel.

Sementara itu, jumlah persediaan minyak di Cushing, Oklahoma turun 1,7 juta barel menjadi 55,8 juta, level terendah sejak November 2015.

“Pendorong utama atas reli adalah kabar penurunan persediaan. Pasar pada dasarnya telah berharap untuk penurunan stok, jadi itu adalah hal yang bagus,” ujar Rob Haworth, senior investment strategist di US Bank Wealth Management, seperti dikutip dari Bloomberg (Kamis, 27/7/2017).

Minyak telah mengalami rebound sejak mencapai titik terendahnya untuk tahun ini di bulan Juni, setelah meningkatnya permintaan bensin selama liburan musim panas membantu menekan stok lebih rendah.

Namun, harga telah tertahan di bawah US$50 per barel di New York sejak Mei di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan produksi global dari produsen seperti Libya, Nigeria, dan AS akan mengacaukan upaya pemangkasan produksi OPEC dan sejumlah negara non-OPEC.

Sementara itu, Uni Emirat Arab dikabarkan mengulangi komitmennya terhadap pengurangan produksi OPEC serta menyatakan akan memperdalam langkah pembatasan negara itu sendiri. Kuwait juga telah berjanji untuk sedikit memompa.

Langkah tersebut diambil menyusul kritik Menteri Energi Saudi Khalid Al-Falih pada Senin terhadap anggota OPEC yang belum memenuhi komitmen pengurangan pasokan mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper