Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan Laba Dorong Indeks S&P 500 Cetak Rekor, Minyak Reli

Kuatnya sejumlah laporan laba perusahaan di Amerika Serikat (AS) mengangkat indeks saham S&P 500 ke level penutupan tertinggi pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), sementara harga minyak reli setelah Arab Saudi berjanji untuk memangkas ekspor pada Agustus.
Bursa AS./Reuters
Bursa AS./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kuatnya sejumlah laporan laba perusahaan di Amerika Serikat (AS) mengangkat indeks saham S&P 500 ke level penutupan tertinggi pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), sementara harga minyak reli setelah Arab Saudi berjanji untuk memangkas ekspor pada Agustus.

Indeks Nasdaq Composite ditutup naik 0,02% atau 1,37 poin di level 6.412,17, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,47% di 21.613,43, sedangkan indeks S&P 500 berakhir naik 0,29% atau 7,17 poin di posisi 2.477,08.

Laporan laba Caterpillar Inc dan McDonald's Corp mendorong pergerakan saham, seiring dengan kenaikan saham bank.

Sementara itu, dolar AS berhasil naik setelah menyentuh level terendahnya sejak Juni 2016 seiring dengan dimulainya pertemuan kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve.

The Fed diperkirakan akan membahas kebijakan moneternya dan periode pengurangan neraca yang telah lama dinantikan. Rencana pengurangan neraca ini tampaknya akan terinci pada bulan September. Sementara itu, tingkat suku bunga acuan diperkirakan tidak mengalami perubahan.

Ada kesan bahwa The Fed akan bertindak dengan hati-hati di tengah tanda-tanda inflasi AS yang melemah.

Investor juga mengamati perkembangan di Washington, di mana Senat AS melakukan proses pemungutan suara untuk memulai debat formal tentang undang-undang kesehatan yang akan mencabut sejumlah elemen utama dalam Obamacare dan mungkin menggantinya dengan program yang lebih murah.

Terdapat kekhawatiran yang meluas bahwa kegagalan untuk meloloskan undang-undang kesehatan akan mencerminkan perselisihan yang akan membuat perundingan anggaran terusik, sehingga meningkatkan risiko bahwa pembayaran utang pada Oktober mungkin tertunda karena AS menghadapi plafon utang.

“Ada sejumlah pengurangan yang didasarkan pada kekhawatiran tentang pertumbuhan politik dan laba. Dengan politik, bisa dibilang hal terburuk telah terjadi dengan UU kesehatan. Hanya ada kemungkinan kejutan yang menyenangkan sekarang,” kata Brad McMillan, chief investment officer Commonwealth Financial, seperti dikutip dari Reuters (Rabu, 26/7/2017).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper