Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komoditas Beras: Kuartal III Harga Lanjutkan Kenaikan

Harga beras global diperkirakan melanjutkan kenaikan pada kuartal III/2017 seiring dengan berkurangnya produksi akibat masalah cuaca di sejumlah wilayah produsen utama.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga beras global diperkirakan melanjutkan kenaikan pada kuartal III/2017 seiring dengan berkurangnya produksi akibat masalah cuaca di sejumlah wilayah produsen utama.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan harga beras di bursa mengalami peningkatan sejak Mei 2017 akibat permasalah cuaca di sejumlah sentra produksi. India dan Thailand misalnya, mengalami cuaca hujan yang mengganggu proses penanaman. Masalah serupa juga terjadi di Indonesia, sebagai produsen beras ketiga terbesar di dunia.

“Faktor cuaca yang tidak menentu membuat fundamental beras terangkat,” tuturnya kepada Bisnis, Jumat (21/7).

Pada penutupan perdagangan Jumat (21/7), harga beras kasar (rough rice) di Chicago Board of Trade (CBOT) kontrak teraktif September 2017 menurun 0,015 poin atau 0,12% menuju US$11,985 per cwt, atau setara dengan Rp3.141,77 per kg (1US$=Rp13.323). Perhitungan 1 cwt atau hundredweight = 50,80 kg.

Meskipun menurun, harga beras kasar di pasar global sudah meningkat 28,06% sepanjang tahun berjalan. Pertumbuhan harga ini menjadi yang tertinggi di antaranya komoditas perkebunan lainnya.

Dari sisi permintaan, harga beras terdorong meningkatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, terutama China. Pada semester I/2017, Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda stabil di posisi 6,9%, di atas estimasi analis sebesar 6,8%.

Selain itu, Bank Dunia memprediksi PDB global pada 2017 mencapai 2,7% dan 2018 sebesar 2,9%, dibandingkan 2016 sejumlah 2,3%. Adapun International Monetary Fund (IMF) memperkirakan PDB dunia pada tahun ini menyentuh 3,4% dan 2018 sebesar 3,6%.

“Di China, India, dan negara-negara konsumen terbesar, nasi masih menjadi makanan pokok, sehingga prospek permintaan meningkat,” ujarnya.

Pada kuartal III/2017, sambung Ibrahim, harga beras di CBOT dapat meningkat terbatas sejumlah US$0,2—US$0,5 per dolar AS menuju ke atas US$12,50 per cwt. Pertumbuhan terbatas karena pasar mengkhawatirkan faktor rebound dolar AS.

Pada penutupan perdagangan Jumat (21/7), indeks dolar AS merosot 0,448 poin atau 0,48% menuju 93,858. Ini merupakan level terendah sejak Maret 2015.

“Faktor pelemahan greenback juga membuat harga komoditas berdenominasi dolar mendapatkan angin segar. Namun, masih terbuka peluang pengerekan suku bunga pada akhir tahun ini sehingga penguatan harga kemungkinan terbatas,” paparnya.

Economist International Grains Council (IGC) James Fell mengatakan, tiga eskportir beras terbesar di dunia, yakni India, Thailand, dan Vietnam mengalami penyusutan produksi sejak tahun lalu. Meskipun demikian, harga diperkirakan tidak akan melonjak tajam seiring dengan masih banyaknya stok dari tahun-tahun sebelumnya.

Tiga negara tersebut memasok 60% perdagangan beras global atau sekitar 43 juta ton. Setelah hampir satu dekade mengalami lonjakan harga, produsen-produsen terbesar di Asia, menderita kekeringan akibat pola cuaca El Nino yang memangkas produksi.

"Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap masyarakat di Asia atau sekitar 50% penduduk dunia yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok," tuturnya.

Laporan Bank Dunia menyebutkan pada musim 2016-2017 pasokan produksi beras dapat meningkat 5% year on year (yoy) menjadi 481,1 juta ton. Hal ini terjadi akibat meningkatnya panen di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia dan Thailand.

Sementara itu, sisi konsumsi beras global diperkirakan meningkat 4% yoy. Mengutip data Food and Agricultural Agricultural Market Information System (FAO AMIS), melihat jumlah stok, produksi, dan konsumsi, secara keseluruhan komoditas biji-bijian akan mengalami surplus pada musim 2017-2018. Kondisi berlebihnya pasokan sudah terjadi dalam empat tahun ke belakang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper