Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Return Obligasi Korporasi Diprediksi Memimpin

Kinerja indeks harga obligasi korporasi berpotensi meningkat hingga lebih dari 10% secara year to date hingga akhir tahun ini, lebih tinggi dibandingkan kinerja obligasi pemerintah.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja indeks harga obligasi korporasi berpotensi meningkat hingga lebih dari 10% secara year to date hingga akhir tahun ini, lebih tinggi dibandingkan kinerja obligasi pemerintah.

Indeks harga obligasi komposit Indonesia atau ICBI sepanjang tahun ini menunjukkan tren penguatan yang signifikan kendati sempat melemah di awal semester kedua. Sepanjang semester pertama lalu, ICBI telah mencatatkan return 9,14% secara year to date.

Secara terpisah, pertumbuhan indeks untuk obligasi korporasi atau INDOBex Corporate Total Return sepanjang semester pertama 2017 telah mencapai 7,34% ytd, sementara indeks obligasi pemerintah atau INDOBex Government Total Return tumbuh 9,4% ytd.

Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, memproyeksikan indeks obligasi komposit berpotensi tumbuh hingga mendekati 10% secara year to date hingga akhir tahun nanti dengan asumsi kondisi makro ekonomi dalam negeri tetap stabill

Menurutnya, pergerakan harga obligasi korporasi akan menjadi pendorong utama dari pertumbuhan indeks tahun ini, kendati sepanjang tahun berjalan performanya relatif terbatas dibandingkan obligasi pemerintah.

Namun, secara year on year, return obligasi korporasi sejatinya sudah jauh lebih unggul dan menembus lebih dari 10% sejak akhir pekan lalu, atau sesuai perkiraannya.

Hingga perdagangan Jumat (21/7/2017), return ICBI secara tahunan (year on year) tercatat telah mencapai 7,66%. Indeks total return korporasi tumbuh lebih tinggi mencapai 10,04%, sementara indeks total return pemerintah 7,36%.

“Kalau obligasi pemerintah saja bisa antara 8% hingga 9%, harusnya corporate bond bisa di atas 10%. Tetapi sekarang kondisinya jangan sampai oversupply, harus bisa menjaga itu,” katanya, Kamis (20/7/2017).

Ramdhan mengatakan, saat ini banyak korporasi tengah menggenjot penerbitan surat utang, terutama dari kelompok BUMN pendukung program pembangunan infrastruktur, termasuk perbankan.

Nilai penerbitan kelompok BUMN ini pun jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata penerbitan obligasi BUMN di tahun-tahun sebelumnya.

Kendati pasar dalam negeri relatif memfavoritkan obligasi BUMN dibandingkan swasta, pasokan yang kini ada dan yang akan menyusul terbit berpotensi menyebabkan terjadinya oversupply.

Pasalnya, daya tampung pasar dalam negeri relatif terbatas, sementara investor asing relatif lebih hati-hati ketika membeli obligasi korporasi dibandingkan obligasi pemerintah.

“Kalau saya lihat sekarang ini agak cendeung oversupply jadi agak tertekan, jadi yield yang corporate ini agak ketinggalan. Ini cenderung mendorong harga akan tinggi, apalagi mereka ini berusaha cari rate yang murah,” ujarnya.

Sepanjang semester pertama tahun ini, obligasi korporasi yang diserap telah mencapai Rp53,97 triliun.

Hingga akhir tahun, IBPA memperkirakan total penerbitan akan mencapai Rp130 triliun – Rp140 triliun. Pasokan terbesar akan menyusul di sisa tahun ini.

I Made Adi Saputra, analis obligasi MNC Sekuritas, menilai ICBI berpotensi tumbuh antara 10% hingga 11% sepanjang tahun ini.

Optimisme yang lebih besar ini ditopang oleh posisi fundamental ekonomi Indonesia yang diproyeksikan relatif stabil hingga akhir tahun.

Sepanjang semester kedua tahun ini, ICBI sempat terkoreksi, tetapi kembali rebound mulai dua pekan lalu. Made menilai, hal tersebut terjadi seiring optimisme pelaku pasar terhadap potensi pasar Indonesia serta meredanya tekanan global.

Sentimen yang mendorong pelemahan indeks di pekan pertama bulan ini terutama karena isu berakhirnya suku bunga rendah dari sejumlah bank sentral paling berpengaruh di dunia serta koreksi rencana defisit anggaran pemerintah menjadi 2,92% tahun ini.

Belakangan data ekonomi Amerika Serikat memupus kemungkinan adanya peningkatan FRR dalam waktu dekat. Sementara itu, dari dalam negeri, pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi global sehingga melonggarkan potensi tekanan pasokan obligasi dalam negeri untuk memenehi kebutuhan APBN.

“Saya estimasikan indeks IBPA akan tumbuh 10% hingga 11% full year tahun ini, sehingga sampai kuartal keempat masih akan ada potensi peningkatan, meskipun ancaman global tetap ada,” katanya.

Adapun, indeks komposit pada akhir 2016 berada di level 208,50. Dengan estimasi pertumbuhan 10%-11%, indeks akan berada di level 229,35 hingga 231,43. Indeks sempat menyentuh posisi puncak baru di level 227,67 pada Minggu (2/7/2017) sebelum terus melemah selama sepekan setelahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper