Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami menuturkan dari penerbitan MTN yang dilakukan perusahaan di semester I/2017 sebesar Rp200 miliar, sebanyak 70% diantaranya digunakan untuk investasi peremajaan mesin serta investasi penyiapan pabrik baru.
Sisanya sebanyak 30% digunakan untuk refinancing hutang dan modal kerja. Dengan peningkatan kapasitas mesin ini, maka perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya hingga dua kali lipat bahkan lebih.
“Fokusnya [investasinya] peningkatan kapasitas di [Pabrik] Simongan, ini jadi naik jadi dua kali lipat, dari kapasitas sebelumnya 30 juta untuk injeksi bisa naik 60 juta bahkan bisa dioptimalkan hingga 100 juta,” kata Sri disela Phapros Mengajar di Semarang, Kamis (20/7).
Sedangkan untuk mesin tablet, peremajaan mesin ini meningkatkan kapasitas produksi dari saat ini 2 miliar tablet menjadi 2,5 miliar- 3 miliar tablet pertahun. Sri mengatakan peningkatan kapasitas mesin ini sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan obat dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melalui e-Catalog. Saat ini terdapat hampir 40 dari 200an produk Phapros dapat diakses melalui sistem e-Catalog.
“Kami kuat di obat TBC.Untuk penyakit ini Indonesia [pengidap terbanyak] nomor dua di dunia. Sedangkan dalam penyebab kematian, TBC penyebab kematian keempat tertinggi di Indonesia. Peningkatan kapasitas juga diarahkan untuk produk TBC,” katanya.
Dia berharap 45% persen pendapatan perusahaan dapat disumbang melalui sistem pengadaan obat secara nasional ini. Sedangkan sisanya diperoleh dari produk lain Phapros yang menguasai pasar seperti Antimo dan produk lainnya. Di 2017 sendiri perusahaan menargetkan dapat membukukan pendapatan sebesar Rp1 triliun.
Sementara untuk pabrik baru, Sri mengatakan masih sesuai dengan rencana perusahaan. Saat ini pihaknya telah memasuki tahapan cut and fill. Selain itu sejumlah design tengah dirampungkan termasuk izin dari Badan pengawas Obat dan Makanan. “Masih on the track,” katanya.
Dia mengatakan pabrik baru ini akan berproduksi secara bertahap sesuai peningkatan permintaan pasar. Sedangkan pendanaan, pihaknya memiliki sejumlah opsi termasuk kembali menerbitkan MTN pada 2018 dengan nilai minimal serupa dengan tahun ini atau melakukan right issue.
“Masih terus dimatangkan sesuai dengan keadaan nantinya,” katanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel