Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reli Rupiah Terjegal Penguatan Indeks Dolar

Rupiah ditutup melemah 0,09% atau 12 poin ke Rp13.321 per dolar AS, setelah dibuka dengan penguatan 0,08% atau 11 poin di posisi Rp13.298.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (19/7/2017), mengakhiri reli penguatan selama tujuh hari berturut-turut.

Rupiah ditutup melemah 0,09% atau 12 poin ke Rp13.321 per dolar AS, setelah dibuka dengan penguatan 0,08% atau 11 poin di posisi Rp13.298.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.293 – Rp13.322 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Selasa (18/7), rupiah ditutup menguat 0,13% atau 17 poin di posisi 13.309 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau menguat 0,17% atau 0,157 poin ke 94,761 pada pukul 16.13 WIB. Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan penguatan 0,09% atau 0,087 poin di level 94,691.

Pergerakan dolar AS tetap berada di kisaran terendahnya dalam beberapa bulan setelah runtuhnya dorongan Partai Republik untuk merombak undang-undang kesehatan AS, memberi pukulan bagi kemampuan Presiden Donald Trump untuk meloloskan pemotongan pajak dan belanja infrastruktur yang dijanjikannya.

Di sisi lain, berkurangnya prospek pengeluaran fiskal merupakan anugerah bagi kinerja obligasi, terutama karena hasil inflasi AS yang lemah telah mengecilkan risiko bahwa bank sentral AS The Federal Reserve perlu bersikap agresif dalam menghapus stimulus moneternya. Akibatnya, imbal hasil obligasi 10 tahun berada di posisi 2,266% atau turun 13 basis poin dalam lebih dari sepekan.

Hal itu pada akhirnya menggerogoti laju dolar AS yang telah mencapai titik terendahnya sejak September terhadap sejumlah mata uang utama. Dolar AS bergerak lebih stabil pagi tadi, namun masih turun lebih dari 7% sepanjang tahun ini. Pelemahan dolar AS dibatasi oleh sikap Bank of Japan (BOJ) yang tetap dengan kampanye stimulus besar-besarannya.

Spekulasi bahwa Bank of England (BOE) akan segera melakukan pengetatan kebijakan mendapat pukulan dengan lemahnya angka inflasi Inggris. Hal ini memberi sentimen positif bagi greenback dengan dorongan untuk dolar AS terhadap pound sterling.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper