Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Saham Asia Bergerak Mixed Pagi Ini

Sejumlah bursa saham Asia bergerak variatif pada awal sesi perdagangan hari ini (Rabu, 19/7/2017), setelah tujuh hari kenaikan yang mendorong bursa saham regional ke level tertinggi sejak krisis keuangan.
Bursa Kospi/Reuters
Bursa Kospi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah bursa saham Asia bergerak variatif pada awal sesi perdagangan hari ini, Rabu (19/7/2017), setelah tujuh hari menguat yang mendorong bursa saham regional ke level tertinggi sejak krisis keuangan.

Indeks Topix Jepang turun 0,3% di saat nilai tukar yen kembali terapresiasi terhadap dolar AS, indeks Kospi Korea Selatan mengalami perubahan dan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,9% seiring penguatan saham-saham bank.

Imbal hasil obligasi pemerintah Australia 10-tahun turun dua basis poin menjadi 2,72%. Imbal hasil obligasi AS 10-tahun meluncur tujuh basis poin pekan ini menjadi to 2,26% setelah turun lima basis poin pekan lalu.

Pergerakan dolar AS bertahan di kisaran level terendahnya dalam hampir setahun, sementara kinerja euro mempertahankan penguatannya menjelang pertemuan European Central Bank (ECB) pada hari Kamis.

Seperti dilansir Bloomberg, dengan pergerakan saham global yang telah mencapai rekornya, para investor menilai apakah hasil laporan laba perusahaan akan cukup kuat untuk menjamin harga dan jika ekonomi berada dalam posisi untuk menghadapi suku bunga yang lebih tinggi.

Pasar selanjutnya akan memantau pertemuan bank sentral di Jepang dan Eropa pekan ini ini serta laporan laba perusahaan, di antaranya Morgan Stanley dan Qualcomm Inc.

Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa tidak akan ada penaikan suku bunga oleh ECB sebelum 2019. Bank of Japan (BOJ) juga diperkirakan akan mempertahankan arah kebijakannya.

Di sisi lain, probabilitas pasar atas penaikan suku bunga oleh bank sentral AS The Federal Reserve pada akhir tahun ini telah menurun dalam dua pekan terakhir bersama dengan imbal hasil obligasi.

Prediksi penaikan suku bunga saat ini turun menjadi 40% dari 60% pada 7 Juli, sebagian karena tanda-tanda bahwa undang-undang reformasi kesehatan Presiden Trump efektif mandek, setelah dua senator dari kubu Republik mengumumkan penolakan mereka terhadap rencana tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper