Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Global Defisit, Harga Alumnium Berpeluang ke US$2.200

Harga aluminium berpotensi mencapai level US$2.200 per ton pada 2017 seiring dengan terjadinya defisit pasokan di pasar global.
Produksi aluminium/Antara-Septianda Perdana
Produksi aluminium/Antara-Septianda Perdana

Bisnis.com, JAKARTA—Harga aluminium berpotensi mencapai level US$2.200 per ton pada 2017 seiring dengan terjadinya defisit pasokan di pasar global.

Pada penutupan perdagangan Kamis (13/7/2017) harga aluminium di London Metal Exchange (LME) naik 1,80% atau 34 poin menuju US$1.923 per ton. Harga meningkat 13,59% sepanjang tahun berjalan.

Beijing Antaike Information Development Co. menyampaikan harga aluminium berpotensi naik menuju US$2.200  per ton pada semester II/2017, atau level tertinggi sejak September 2012.

“Proyeksi bullish ini terjadi akibat langkah China yang aktif mengurangi surplus di dalam negeri dengan cara membatasi produksi smelter,” tulis Antaike seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (14/7/2017).

Pada semester II/2017, harga aluminium di LME diprediksi bergerak di antara US$1.650—US$2.200 per ton, atau sekitar 12.500—16.000 yuan per ton di Shanghai Futures Exchange (SHFE). Saat ini aluminum LME diperdagangan di kisaran US$1.900 per ton atau sekitar 14.200 yuan per ton di SHFE.

China, sebagai produsen dan konsumen aluminium terbesar di dunia, bersikeras menutup sejumlah aktivitas penambangan ilegal. Volume produksi di tambang-tambang resmi juga berkurang menjelang musim dingin sehingga mendorong harga lebih tinggi.

Menurut Antaike, produksi logam anti karat ini di China mencapai 18,6 juta ton pada semester I/2017, naik 20% secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhan produksi menunjukkan peningkatan terkuat sejak 2010, sehingga mempercepat rencana pemerintah memangkas pasokan.

Volume permintaan pada semester I/2017 juga naik 9,6% yoy menuju 17,5 juta ton, sehingga menyebabkan surplus sebesar 1,1 juta ton di Negeri Panda.

Antaike memperkirakan pada tahun ayam api total konsumsi mencapai 35,8 juta ton atau tumbuh 9% yoy, sedangkan total produksi berjumlah 36,6 juta ton. Artinya, surplus suplai akan berkurang menuju 830.000 ton.

Adapun pasar aluminium global akan mengalami defisit sejumlah 590.000 ton pada 2017. Perhitungan ini didapatkan dari estimasi suplai sebesar 64 juta ton dan volume permintaan sebanyak 64,59 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper