Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Obligasi Lampaui Target, Rupiah Menguat

Mata uang rupiah menguat seiring dengan meningkatnya permintaan obligasi Indonesia di tengah penurunan obligasi Amerika Serikat.
Petugas memeriksa uang di cash center'Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (15/5)./Antara-Akbar Nugroho Gumay
Petugas memeriksa uang di cash center'Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (15/5)./Antara-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA—Mata uang rupiah menguat seiring dengan meningkatnya permintaan obligasi Indonesia di tengah penurunan obligasi Amerika Serikat.

Pada perdagangan Rabu (12/7/2107), nilai tukar rupiah menguat 28 poin atau 0,21% ke level Rp13.362 per dolar AS. Kurs tengah dipatok di level Rp13.368 per dolar AS.

Sepanjang paruh pertama 2017, IDR meningkat 0,91% setelah ditutup di posisi Rp13.348 per dolar AS pada 30 Juni 2017. Rupiah mencapai level terendah pada 3 Januari 2017 di level Rp13.476, dan level tertinggi pada 13 April 2017 di level Rp13.256 per dolar AS.

Ekonom Senior ING Bank NV Joey Cuyegkeng menyampaikan pada lelang hari Selasa (11/7/2017) jumlah obligasi Indonesia yang terjual mencapai Rp17 triliun (US$1,3 miliar). Angka ini melebihi target permintaan senilai Rp15 triliun.

Perkiraan defisit anggaran pemerintah sebesar 2,92% dari produk domestik bruto (PDB) menyiratkan tambahan kebutuhan pembiayaan sebesar US$5 miliar pada 2017.

“Fundamental ekonomi Indonesia yang menguntungkan mendukung adanya penerbitan surat utang berikutnya,” paparnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (12/7/2017).

Mata uang rupiah juga terbantu oleh menurunnya yield obligasi AS. Imbal hasil obligasi AS menurun setelah pasar merespons pernyataan salah satu Gubernur Federal Reserve Lael Brainard soal perlunya kehati-hatian dalam menaikkan suku bunga lanjutan.

Pada perdagangan Rabu (12/7/2017) pukul 11.37 WIB, indeks dolar AS turun 0,071 poin atau 0,07% menuju 95,598. Ini merupakan level terendah sejak 30 September 2016 di posisi 95,463.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper