Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTUMBUHAN EKONOMI: Tantangan Eksternal Masih Mengintai

Sejumlah tantangan dari sisi eksternal diperkirakan masih akan mengintai Indonesia pada tahun ini. Tantanga itu di antaranya datang dari masih munculnya ketidakpastian global.
Pertumbuhan/Ilustrasi
Pertumbuhan/Ilustrasi

Bisnis.com,JAKARTA—Sejumlah tantangan dari sisi eksternal diperkirakan masih akan mengintai Indonesia pada tahun ini. Tantanga itu di antaranya datang dari masih munculnya ketidakpastian global.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, tantangan itu di antaranya datang dari harga komoditas global yang masih belum menunjukkan pemulihan yang menjajikan. Terlebih, lanjutnya, harga minyak jenis WTI saat ini berada pada posisi US$44,05 per barel (11/7) atau merosot 17%.

“Masih ada potensi untuk melemah lagi, terlebih sekarang muncul konflik Arab Saudi cs dengan Qatar yang berpeluang menggagalkan kesepakatan baru dari OPEC. Tentu ini berdampak negatif ke Indonesia yang 80% ekspornya komoditas mentah,” kata Bhima, Selasa (11/7/2017).

Selain itu dia juga mencermati potensi ketidakpastian global dari kebijakan Bank Sentral AS (The Fed). Pasalnya The Fed saat ini  masih berpeluang menaikkan suku bunga acuannya sekali lagi pada tahun ini dan akan dibarengi oleh rencana pemangkasan neraca keuangannya.

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa juga telah mengindkasikan akan mulai menghentikan stimulus moneternya, dengan melakukan pembelian obligasi senilai 80 miliar euro per bulan. Hal ini diperkirakan akan memicu adanya arus pelarian modal dari negara berkembang seperti Indonesia.

“Tekanan moneter dari sisi global berpotensi muncul sepanjang Oktober-November, di mana ECB dan The Fed  berpeluang menerbitkan kebijakan moneter barunya,” katanya.

Sementara itu Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan, pemulihan yang terjadi di Eropa dan negara-negara Asia lain seperti Jepang dan Korea Selatan diharapkan akan mampu memberikan sentimen positif bagi ekspor Indonesia.

Namun demikian, dia melihat keputusan AS yang bersikukuh akan  menerapkan proteksi perdagangan, berpeluang menekan kembali aktivitas ekspor global dan Indonesia. Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan Group of 20 (G20) di Jerman pekan lalu, mengindikasikan bahwa dia akan tetap mengadopsi proteksi perdagangan kendati ditekan oleh negara lainnya.

Selain itu Yose juga menyoroti pelambatan ekonomi yang terjadi di China. Dia menyebutkan, Negeri Panda saat ini tengah memasuki ekuilibirium ekonomi yang baru. Namun demikian, Negeri Panda masih memiliki ketergantungan ekonomi pada aktivitas ekspornya.

“50% ekspor Indonesia ke China akan menjadi ekspor negara itu ke negara lain. Permintaan China pada produk Indonesia itu bukan permintaan akhir.  Jadi China juga masih sangat terpengaruh pada  kondisi global, sehingga dampaknya terasa sekali ke Indonesia,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper