Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intervensi Thailand Angkat Harga Karet

Harga karet global kembali meningkat menembus level 200 yen per kg akibat rencana intervensi yang dilakukan oleh Thailand.
Petani memanen getah karet di Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (13/5)./Antara-Wahdi Septiawan
Petani memanen getah karet di Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (13/5)./Antara-Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA—Harga karet global kembali meningkat menembus level 200 yen per kg akibat rencana intervensi yang dilakukan oleh Thailand.

Pada perdagangan Kamis (29/6/2017) pukul 9.30 WIB, harga karet untuk pengiriman November 2017 di Tokyo Commodity Exchange (Tocom) menguat 2,76% atau 5,50 poin ke level 204,50 yen per kilogram. Harga meningkat dalam empat sesi berturut-turut.

Seperti dikutip dari Bloomberg, harga karet mengalami penguatan seiring dengan rencana Rubber Authority of Thailand dan lima perusahaan eksportir dari Negeri Gajah Putih menyiapkan dana stabilisasi harga. Pernyataan resmi tersebut disampaikan pada Rabu (28/6/2017).

Setiap entitas nantinya menyumbang 200 juta baht (US$5,89 juta) untuk menaikkan harga jual di tingkat global. Dana digunakan untuk pasar fisik dan berjangka. Di pasar berjangka, kini pembelian bisa naik hingga 200.000 ton.

Analis Central Capital Futures Wahyu Triwibowo Laksono mengatakan prospek harga karet masih buram setelah rencana para produsen utama untuk menstabilkan pasar belum terealisasi. International Rubber Consortium (IRCo) mengadakan petemuan pada pertengahan Juni 2017 di Indonesia. Namun, rincian pembahasan belum diungkapkan.

Padahal, Gubernur Rubber Authority of Thailand Titus Sukaard sebelumnya mengatakan pertemuan yang melibatkan perwakilan dari Thailand, Indonesia, dan Malaysia akan membahas langkah-langkah menstabilkan harga karet. Ketiga negara sebelumnya sudah membentuk International Tripartite Rubber Council (ITRC).

ITRC sempat membuat langkah strategis memangkas kapasitas ekspor atau Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) pada Maret—Desember 2016. Di bawah perjanjian AETS, tiga negara yang memasok 60% kebutuhan karet global memotong total ekspornya sebanyak 700.000 ton.

Sentimen ini sebenarnya memberikan dampak positif terhadap harga. Namun, sejak 2017 perjanjian ini belum diperbarui.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper