Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Turun ke Level Terendah Sejak Oktober 2016, Ini Sebabnya

Indeks dolar AS mengalami pelemahan ke level terendah sejak Oktober 2016. Ini menunjukkan pelemahan dalam 3 sesi berturut-turut.
Dollar AS./.Reuters
Dollar AS./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Indeks dolar AS melemah ke level terendah sejak Oktober 2016. Ini menunjukkan pelemahan dalam 3 sesi berturut-turut.

Pada perdagangan Kamis (29/6/2017) pukul 7.29 WIB, indeks dolar AS turun 0,007 poin atau 0,01% menuju 96,003. Ini menunjukkan level terendah sejak 4 Oktober 2016 di posisi 96,165. Bahkan, indeks pada pagi hari sempat terlempar dari level 96 ke 95,996.

Indeks dolar AS (DXY) merupakan perbandingan greenback terhadap enam mata uang utama dunia. Besar bobot masing-masing mata uang ditentukan oleh Federal Reserve berdasarkan pengaruhnya terhadap perdagangan Amerika Serikat. Kebijakan ini belaku sejak 1973.

Bobot yang paling besar terhadap DXY adalah mata uang Euro (EUR) sebesar 57,6%, disusul yen (JPY) 13,6%, pound sterling (GBP) 11,9%, dolar Kanada 9,1%, krona Swedia 4,2%, dan franc Swiss 3,6%.

Menurut Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya, dolar AS bergerak melemah mulai Rabu (28/6/2017), setelah pembahasan perubahan Undang-Undang Kesehatan yang dikenal dengan Obamacare ditunda.

Pimpinan Partai Republik di Senat AS Mitch McConnell menunda voting karena pertentangan di internal partai. Sementara itu, kubu oposisi Partai Demokrat sangat solid menentang perubahan UU ini.

Presiden Donald Trump telah memanggil anggota Senat dari Partai Republik agar anggota yang menentang mengubah pendiriannya.

“Para pelaku pasar saat ini mencemaskan bahwa pemerintahan Trump akan sulit untuk meloloskan kebijakan pengurangan pajak dan stimulus fiskal, tanpa meloloskan lebih dahulu UU kesehatan,” papar Monex.

Resistensi dari pihak legislatif menimbulkan keraguan pasar akan kebijakan-kebijakan unggulan yang dirancang Trump sulit terealisasi. Padahal isi kampanye pilpres ini yang menjadi pemicu penguatan dolar selepas kemenangan Trump pada 9 November 2016 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper