Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Obligasi: Tetap Tumbuh Kendati Terbatas

Imbal hasil pasar obligasi Indonesia sepanjang semester pertama tahun ini tetap berhasil tumbuh relatif tinggi kendati ruang pertumbuhan yang ada semakin tipis.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Imbal hasil pasar obligasi Indonesia sepanjang semester pertama tahun ini tetap berhasil tumbuh relatif tinggi kendati ruang pertumbuhan yang ada semakin tipis.

Indonesia Composite Bond Index (ICBI) pada akhir perdagangan Kamis (22/6/2017) ditutup menguat 0,02% ke level 227.1790 atau telah tumbuh 8,96% secara year to date (ytd).

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Analist Mandiri Sekuritas, mengatakan kinerja pasar obligasi Indonesia sepanjang semester pertama tahun ini cukup memuaskan dan mencerminkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang relatif kuat.

Menurutnya, hasil yang positif tersebut tidak terlepas dari tingginya arus modal asing yang masuk ke dalam negeri atau tingkat capital inflow.

Hingga 20 Juni 2017, arus dana asing yang masuk dalam Surat Utang Negara sudah mencapai Rp98,69 triliun ytd.

Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp85,47 triliun. Realisasi di semester pertama tahun ini pun sudah hampir mendekati realisasi setahun penuh 2016 yang sekitar Rp107 triliun.

Handy mengatakan, ada dua faktor yang menyebabkan minat investor asing ke dalam pasar Indonesia terus meningkat sepanjang semester pertama ini.

Pertama, yield US Treasury tenor 10 tahun yang kini di posisi 2,16% justru lebih rendah dibandingkan kondisi akhir tahun 2016, kendati The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya dua kali tahun ini,.

Kedua, di sisi lain, data-data ekonomi Indonesia menunjukkan kinerja yang baik, seperti inflasi yang terjaga, cadangan devisa meningkat, defisit transaksi berjalan yang menyempit, nilai tukar rupiah yang stabil dan resiko fiskal yang secara umum berkurang.

“Ini yang menyebabkan semakin banyak investor asing yang investasi ke Indonesia dan menyebabkan yield kita turun cukup banyak sepanjang tahun ini,” katanya, Kamis (22/6/2017).

Menurutnya, pasar sudah mengantisipasi kenaikan The Fed. Namun, respon pasar ditentukan oleh seberapa cepat pengaruhnya terhadap peningkatan imbal hasil surat utang Amerika Serikat. Nyatanya, peningkatannya terjadi secara gradual sehingga tekanan terhadap pasar obligasi Indonesia relatif terbatas.

I Made Adi Saputra, Analis Obligasi Nusantara Capital Sekuritas, mengatakan bahwa SUN menjadi penopang utama tingginya kinerja pasar obligasi Indonesia, terutama karena tingginya porsi asing dalam SUN.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, porsi asing dalam SUN hingga 21 Juni 2017 telah mencapai 45,3%. Padahal, tuturnya, porsi asing dalam obligasi korporasi hanya sekitar 6% hingga 7%.

Sejak adanya wacana Standard & Poor’s akan menaikan peringkat investasi surat utang pemerintah, capital inflow terus meningkat sehingga mendorong kinerja imbal hasil SUN. Hal ini tidak terlalu terasa pada obligasi korporasi, kendati sentimennya positif.

Hal ini terlihat dari kinerja INDOBeX Government Total Return pada penutupan perdagangan Kamis (22/6/2017) menunjukkan imbal hasil ytd yang lebih tinggi dari rata-rata, yakni 9,21%. Sementara itu, INDOBex Corporate Total Return pada saat yang sama hanya tumbuh 7,12% ytd.

Kendati banyak hal positif sepanjang awal tahun ini, tingkat penurunan yield surat utang Indonesia semester pertama tahun ini relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Namun, tuturnya, hal ini terjadi lantaran penurunan yang terjadi sepangjang tahun lalu sudah cukup lebar, sehingga ruang untuk penurunan lebih lanjut tahun ini menjadi lebih terbatas.

Peningkatan kinerja tahun lalu disebabkan karena pasar sudah melihat adanya peluang besar S&P menaikan peringkat investsi Indonesia, yang mana akhirnya benar-benar terjadi.

Pada semester pertama 2016, total return obligasi pemerintah sudah mencapai 12,26% dan hingga akhir tahun menjadi 13,9%. Peluang bagi kinerja SUN tahun ini untuk menyamai kinerja tahun lalu menurutnya cukup terbatas, kendati masih memungkinkan.

“Padahal, kalau kita lihat capital inflow di semester pertama tahun ini sudah lebih besar dibandingkan tahun lalu. Semakin banyak investor asing yang masuk, tetapi ruang penurunan yield-nya terbatas sehingga mereka tidak bisa menekan yield lebih rendah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper