Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi AS Naik, Harga Minyak Tergelincir

Harga minyak mentah menurun setelah rilis data produksi Amerika Serikat yang mengalami peningkatan dalam sembilan minggu berturut-turut.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menurun setelah rilis data produksi Amerika Serikat yang mengalami peningkatan dalam sembilan minggu berturut-turut.

Pada Kamis (27/4/2017) pukul 10:04 WIB, harga minyak WTI kontrak Juni 2017 turun 0,20 poin atau 0,40% menuju US$49,42 per barel. Adapun, harga Brent kontrak Juni 2017 merosot 0,14 poin atau 0,27% menjadi US$51,68 per barel.

David Lennox, resource analyst Fat Prophets di Sydney, mengatakan harga minyak mentah kembali menurun akibat tertekan sentimen AS. Upaya Paman Sam berkebalikan dengan langkah OPEC dan negara produsen sekutu yang masih dalam tahap pemangkasan produksi.

Pada Rabu (26/4/2017) waktu setempat, U.S. Energy Information Administration (EIA) melansir data stok minyak AS dalam sepekan yang berakhir Jumat (21/4/2017) turun 3,64 juta barel menjadi 528,70 juta barel.

Sementara tingkat produksi minyak AS naik 13.000 barel per hari (bph) menuju 9,27 juta barel per hari (bph), yang menjadi level tertinggi sejak Agustus 2015. Sebelumnya pada Desember 2016, AS konsisten menahan produksi di level 8,7 juta bph.

"Tren produksi AS yang terus meningkat membebani harga minyak," tutur Lennox seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (27/4/2017).

OPEC dan negara-negara produsen minyak mentah berjanji memangkas suplai baru sekitar 1,8 juta bph pada Januari 2017-Juni 2017. Tujuannya adalah mengangkat harga minyak yang mengalami tren menurun pada dua tahun belakangan.

Pada Rabu (19/4/2017), Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan ada kemungkinan organisasi memperpanjang masa pemangkasan suplai. Kesepakatan perpanjangan itu akan diputuskan dalam rapat para menteri negara anggota OPEC pada 25 Mei 2017 di Wina, Austria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper