Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Karet Tertekan Permintaan China

Harga karet melanjutkan penurunan dalam tiga sesi perdagangan terakhir seiring dengan meningkatnya persediaan China. Harga pun merosot ke bawah US$2 per kg.
Pekerja mengumpulkan hasil sadapan getah karet di perkebunan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX di Ngobo, Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (27/3).Antara-Aji Styawan
Pekerja mengumpulkan hasil sadapan getah karet di perkebunan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX di Ngobo, Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (27/3).Antara-Aji Styawan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga karet melanjutkan penurunan dalam tiga sesi perdagangan terakhir seiring dengan meningkatnya persediaan China. Harga pun merosot ke bawah US$2 per kg.

Pada perdagangan Selasa (18/4/2017) pukul 10:40 WIB, harga karet kontrak September 2017 di Tokyo Commodity Exchange merosot 2,3 poin atau 1,06% menjadi 214,2 yen (US$1,94) per kg. Ini merupakan level harga terendah selama kontrak September aktif.

He Lihong, analis Shanghai CIFCO Futures, menyampaikan peningkatan persediaan karet di pelabuhan Qingdao mengindikasikan melemahnya permintaan China. "Tingginya persediaan menunjukkan konsumsi domestik masih lesu," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (18/4/2017).

Sepanjang April hingga Senin (17/4/2017), persediaan naik menjadi 220.000 ton. Ini merupakan level tertinggi sejak 27 Mei 2016. Per 31 Maret 2017, jumlah stok karet mencapai 197.900 ton.

Saat dihubungi Bisnis.com beberapa waktu lalu, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo menyampaikan, sejak penghujung 2016 faktor hujan deras di Thailand, Malaysia, dan Indonesia memberi dorongan ekstra terhadap harga karet internasional.

Namun sebelum fenomena ini terjadi, penyesuaian faktor fundamental antara suplai dan permintaan telah mengambil peran. "Total stok dunia sudah menurun, sehingga harga mengalami perbaikan," ujarnya.

Moenardji memprediksi, harga karet akan berfluktuasi di atas level sehat US$2 per kg. Fluktuasi tidak terelakkan karena ada pihak-pihak yang berspekulasi. Bagaimanapun faktor fundamental tetap menjadi panduan utama pasar.

Menurut GAPKI, tingkat produksi karet Indonesia pada 2017 akan meningkat sedikit menjadi 3,18-an juta ton, dari 3,17-an juta ton pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper