Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Negatif Tekan Dolar AS

Mata uang dolar mengalami pelemahan seiring dengan memanasnya kondisi politik global yang melibatkan AS, merosotnya data ekonomi, dan belum terealisasinya janji Presiden Donald Trump.
Dolar AS./.Bloomberg
Dolar AS./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang dolar mengalami pelemahan seiring dengan memanasnya kondisi politik global yang melibatkan AS, merosotnya data ekonomi, dan belum terealisasinya janji Presiden Donald Trump.

Pada perdagangan Senin (17/4/2017) pukul 19:25 WIB, indeks dolar AS merosot 0,31% menuju 100,2, atau posisi terendah sejak 30 Maret 2017. Indeks sudah melemah dalam tiga sesi berturut-turut.

Yulia Safrina, analis Monex Investindo Futures mengatakan, indeks dolar mendapatkan tekanan akibat ketegangan politik global yang melibatkan Paman Sam. Dalam waktu dekat, hubungan AS memanas dengan sejumlah negara seperti Korea Utara, China, dan negara-negara di Timur Tengah.

Renggangnya hubungan internasional AS turut memicu pasar meragukan kebijakan politik Presiden Trump. "Pasar meragukan Trump mampu merealisasikan kebijakan saat kampanye, seperti pemangkasan pajak. Ini membuat dolar tertekan," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (17/4/2017).

Selain itu, pada Kamis (13/4/2017) Sang Presiden menyatakan mata uang dolar sudah terlalu kuat. Trump juga menginginkan suku bunga The Fed berada di level rendah. Pasar menganggap pernyataan ini bersifat kontroversial.

Yulia menambahkan, laju greenback tertekan oleh lesunya perekomian AS terkini. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/ CPI) periode Maret 2017 yang dirilis Jumat (14/4/2017) turun 0,3% dari bulan sebelumnya. Ini merupakan deflasi pertama kalinya selama lebih dari setahun.

Sementara, Departemen Tenaga Kerja AS melansir data penambahan upah tenaga kerja non pertanian atau non farm payroll (NFP) periode Maret 2017 sebesar 98.000 pekerja, jatuh dari pertumbuhan bulan sebelumnya sejumlah 219.000 pekerja. Angka tersebut jauh di bawah proyeksi konsensus sebesar 180.000 pekerja.

"Belum positifnya data ekonomi membuat ekspektasi pengerekan suku bunga menurun," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper