Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serangan AS ke Suriah, Harga Minyak dan Emas Melompat

Harga minyak mentah dan emas mengalami lonjakan setelah Amerika Serikat melancarkan serangan rudal ke pangkalan udara Suriah.
Ilustrasi pengeboran minyak./Bloomberg-Jeyhun Abdulla
Ilustrasi pengeboran minyak./Bloomberg-Jeyhun Abdulla

Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak mentah dan emas mengalami lonjakan setelah Amerika Serikat melancarkan serangan rudal ke pangkalan udara Suriah.

Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, menyampaikan faktor geopolitik serangan AS terhadap Suriah memicu investor melakukan aksi beli terhadap emas dan minyak mentah. Alhasil harga kedua komoditas tersebut meningkat di atas 1%.

Pada Kamis (6/4) malam waktu setempat, AS meluncurkan 59 rudal Tomahawk cruise dengan target pangkalan udara Suriah. Langkah Paman Sam yang diinisiasi oleh Presiden Donald Trump bertujuan memberikan efek jera karena pemerintah Suriah meluncurkan senjata kimia yang menewaskan 80 korban.

"Harga emas dan minyak mentah meningkat karena serangan AS tidak hanya melibatkan dua pihak, tetapi juga Rusia dan Iran sebagai sekutu Suriah. Lonjakan harga murni faktor geopolitik ," ujarnya saat dihubungi, Jumat (7/4/2017)

Pada perdagangan Jumat (7/4) pukul 17:43 WIB, harga emas spot meningkat 12,66 poin atau 1,01% menuju US$1.264 per troy ounce (Rp per gram). Ini merupakan level tertinggi sejak 9 November 2016, atau saat Trump dinyatakan terpilih sebagai Presiden AS.

Sementara itu, harga minyak WTI kontrak Mei 2017 pada pukul 17:34 WIB memanas 0,68% atau 1,32% menuju US$52,38 per barel. Adapun harga minyak Brent kontrak Juni 2017 meningkat 0,61 poin atau 1,11% menjadi US$55,5 per barel.

Penguatan harga komoditas tersebut, sambung Ibrahim, mengabaikan kenaikan mata uang dolar AS yang biasanya berbanding terbalik. Pada pukul 17:45 WIB, indeks dolar menguat 0,13% menjadi 100,8.

Menurutnya pengaruh Suriah sendiri terhadap pasar minyak sebenarnya tidak terlalu besar. Pasalnya meskipun berada di Timur Tengah, negara itu tidak masuk dalam anggota OPEC.

Namun, faktor ketegangan geopolitik tersebut melibatkan produsen minyak kelas berat, seperti AS, Rusia, dan Iran. Bahkan masalah bisa merembet ke negara-negara lain di Timur Tengah.

Sebetulnya faktor geopolitik tidak bisa dijadikan pijakan utama sebagai kenaikan harga komoditas, karena dolar AS juga terus menguat. Oleh karena itu, nantinya harga komoditas akan kembali kepada fundamental masing-masing.

"Jika faktor spekulasi terus mengerek harga minyak, kemudian dolar AS juga meningkat, maka ketika harga minyak anjlok negara produsen utama bisa mengalami krisis. Karena dolar sudah kuat karena fundamental positif, sedangkan minyak tidak punya dasar yang kuat," paparnya.

Dia menambahkan, masalah serangan AS terhadap Suriah tidak akan berlangsung. Pasalnya, setiap negara yang terlibat baik secara langsung maupun tidak menginginkan kondisi politik global yang lebih stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper