Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KABAR GLOBAL 22 MARET: UE Gelar KTT Khusus Brexit, Perkiraan Laju Kenaikan Bunga The Fed

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan, pada Selasa (21/3), bahwa kelompok ekstremis berencana menargetkan pesawat dengan meletakan bom-bom tersembunyi dalam perangkat elektronik.
Bendera Uni Eropa/Reuters
Bendera Uni Eropa/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan, pada Selasa (21/3), bahwa kelompok ekstremis berencana menargetkan pesawat dengan meletakan bom-bom tersembunyi dalam perangkat elektronik. Oleh karena itu, mereka melarang para penumpang membawanya ke dalam pesawat yang terbang dari 10 bandara di Turki, Timur Tengah, dan Afrika Utara. (Investor Daily)

Uni Eropa akan Gelar KTT Khusus Brexit. Para pemimpin negara dalam blok Uni Eropa (UE) akan menggelar konferensi tingkat tinggi (KTT) khusus pada 29 April 2017, untuk menerapkan panduan Brexit yang bertujuan menciptakan perpisahan paling tak menyakitkan bagi blok ini. Demikian disampaikan oleh Presiden Dewan Eropa Donald Tusk, Selasa (21/3). (Investor Daily)

AS Isyaratkan Perubahan Ideologi. Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan melakukan perubahan ideologi dalam keterlibatannya di dunia internasional, mulai dalam hal perdagangan, globalisasi,dan organisasi-organisasi multilateral. (Investor Daily)

Pendaftaran HKI; AS & Jepang Paling Aktif. Pelaku usaha asal Amerika Serikat, Eropa dan Jepang paling banyak melakukan pendaftaran merek dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Mayoritas produk yang didaftarkan berupa kegiatan usaha terkait dengan konsumsi. (Bisnis Indonesia)

Kebijakan The Fed. Anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Charles Evans mengungkapkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan tahun ini berpotensi hanya akan melaju dua kali. Evans yang juga menjabat sebagai Presiden The Fed Chichago mengatakan, bank sentral tetap memiliki peluang untuk mengerek suku bunga lebih cepat dan agresif tahun ini. Namun, kecepatan aksi pengetatan moneter tersebut akan sangat bergantung pada laju inflasi dan kebijakan fiskal dari Presiden AS Donald Trump. (Bisnis Indonesia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper