Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan G20 Gagal, Indeks Dolar Kembali Merah

Indeks dolar AS mengalami pelemahan dalam 4 sesi perdagangan seiring dengan tidak tercapainya kesepakatan dalam pertemuan G20, serta ketidakjelasan arah kebijakan Presiden Donald Trump dan kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Indeks dolar AS melemah./.Bloomberg
Indeks dolar AS melemah./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA-- Indeks dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan dalam 4 sesi perdagangan seiring dengan tidak tercapainya kesepakatan dalam pertemuan G20, serta ketidakjelasan arah kebijakan Presiden AS Donald Trump dan kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Pada perdagangan Senin (20/3) pukul 17:05 WIB, indeks dolar AS (DXY) merosot 0,04 poin atau 0,04% menuju 100,26. Ini merupakan penurunan dalam empat sesi perdagangan secara berturut-turut. Sepanjang tahun berjalan, indeks terkoreksi 1,92%.

Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan indeks dolar cenderung melemah akibat sikap AS yang menolak kesepakatan perdagangan bebas dalam pertemuan G20 di Jerman pada Jumat-Sabtu (17-18 Maret 2017).

Dalam pertemuan antar pejabat perekonomian tersebut, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyampaikan, sebenarnya Paman Sam tidak serta-merta menolak perdagangan bebas. Namun, dia hanya ingin aktivitas perdagangan global yang ada saat ini dapat dikaji ulang agar lebih adil bagi AS.

"Terkini, komentar Menkeu AS yang menimbulkan kecemasan dalam sektor niaga melemahkan indeks dolar," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (20/3/2017).

Pasar juga masih mencari arah mengenai kebijakan Bank Sentral AS perihal Fed Fund Rate (FFR). Pekan lalu, tepatnya Rabu (15/3) , pidato pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) cenderung bernada dovish.

Pasar menilai FFR yang dinaikkan sebesar 25 basis poin pada Desember 2016 dan Maret 2017 menjadi 0,5%-0,75%, serta 0,75%-1% merupakan kebijakan pengetatan moneter yang cepat. Oleh karena itu, investor berekspektasi The Fed akan kembali menaikkan suku bunga secara agresif.

Dalam pidatonya, Gubernur The Fed Janet Yellen mengatakan pihaknya akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2017 dan tiga kali lagi pada 2018, bila perekonomian AS sesuai ekspektasi. Salah satu tolak ukurnya ialah target tingkat inflasi di level 2%.

pasar sempat memperkirakan Bank Sentral AS bakal menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak empat kali pada 2017. Namun, Federal Reserve nampaknya masih bersikap hati-hati dan hanya akan mengerek suku bunga tiga kali.

Faktor utama yang jadi pertimbangan kenaikan suku bunga ialah data inflasi dan tenaga kerja. Di sisi lain, kebijakan Presiden Donald Trump yang belum jelas membuat The Fed menjauhi sentimen hawkish.

"Pasar masih menunggu arah kebijakan Trump dan juga Federal Reserve soal suku bunga. Saat ini sentimen dovish masih mendominasi," ucapnya.

Probabilitas pengerekan FFR yang cukup tinggi, yakni sebesar 56,7% terdapat pada FOMC 14 Juni 2017. Sementara dalam FOMC 3 Mei 2017, peluang kenaikan suku bunga hanya menyentuh 13,3%. (lihat tabel)

Dalam sepekan ini, sambung Agus, cukup banyak pidato dari pejabat The Fed yang diperkirakan memberikan sinyal terhadap kebijakan FFR. Agenda yang paling ditunggu ialah pidato Gubernur The Fed Janet Yellen pada Kamis (23/3).

Bila ada petunjuk perihal kenaikan FFR, DXY diprediksi berbalik menghijau. Sampai penutupan perdagangan Jumat (24/3), indeks dolar diperkirakan bergerak dalam rentang 100-101,2.

Agus menjelaskan, indeks dolar AS merupakan perbandingan greenback terhadap 6 mata uang utama dunia. Besar bobot masing-masing mata uang ditentukan oleh The Fed berdasarkan pengaruhnya terhadap perdagangan Amerika Serikat. Kebijakan ini belaku sejak 1973.

Bobot yang paling besar terhadap DXY adalah mata uang Euro sebesar 57,6%, disusul yen 13,6%, poundsterling 11,9%, dolar Kanada 9,1%, krona Swedia 4,2%, dan franc Swiss 3,6%.

Tabel Probabilitas Kenaikan Suku Bunga The Fed
Tanggal FOMC Probabilitas (%)
3/5/2017 13,3
14/6/2017 56,7
26/7/2017 62,2
20/9/2017 81,1
1/11/2017 82,7
13/12/2017 89,5
31/1/2018 90,4

Sumber: Bloomberg, Senin (20/3) pukul 18:00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper