Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melemah & Stok AS Naik, Minyak WTI Mantap Menguat

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April menguat 0,53% ke level US$49,12 per barel pada pukul 7.21 WIB setelah ditutup menguat 2,4% ke level US$48,86 per barel pada Rabu.
Petugas keamanan berjaga di kawasan Kilang Minyak V Pertamina Balikpapan di Kalimantan Timur, Kamis (2/7)./Antara-Widodo S. Jusuf
Petugas keamanan berjaga di kawasan Kilang Minyak V Pertamina Balikpapan di Kalimantan Timur, Kamis (2/7)./Antara-Widodo S. Jusuf

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah ditutup menguat menyusul laporan pemerintah AS yang menunjukkan cadangan minyak turun secara tak terduga.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April menguat 0,53% ke level US$49,12 per barel pada pukul 7.21 WIB setelah ditutup menguat 2,4% ke level US$48,86 per barel pada Rabu.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Mei naik 0,64% atau 33 sen ke US$52,14 pada waktu yang sama. Brent ditutup naik 89 sen ke level US$51,81 per barel pada perdagangan kemarin.

Berdasarkan data Badan Administrasi Energi AS (EIA) yang dirilis Rabu waktu AS, persediaan minyak mentah turun 237.000 barel pekan lalu. Ini merupakan penurunan mingguan pertama sejak Desember.

Angka ini berbeda dengan survei Bloomberg terhadap para analis yang memperkirakan kenaikan cadangan minyak, sedangkan American Petroleum Institute melaporkan persediaan turun pekan lalu.

“(Laporan EIA) sangat mendukung. Angka-angka ini selaras dengan angka API kemarin," ujar Michael Loewen, ahli strategi komoditas Scotiabank, seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, dolar AS melemah setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin dan memproyeksikan dua kali kenaikan lanjutan tahun ini.

Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,24% ke level 100,50 pada pukul 7.17 WIB setelah ditutup merosoot 0,96% ke level 100,74 pada perdagangan Rabu.

"Suku bunga naik karena ekonomi semakin membaik. Ini berarti permintaan (minyak) juga akan menjadi lebih tinggi," ujar Carl Larry, konsultan Oil Oulooks and Opinions LLC kepada Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper