Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Spekulasi Peningkatan Suplai China, Harga Timah Melesu

Setelah mengalami peningkatan 45% pada tahun lalu, harga timah mengalami penurunan seiring dengan spekulasi bertumbuhnya suplai dari China.
Timah batangan. /Bisnis.com
Timah batangan. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Setelah mengalami peningkatan 45% pada tahun lalu, harga timah saat ini berbalik menurun seiring dengan spekulasi bertumbuhnya suplai dari China.

Pada perdagangan 30 Desember 2016, harga timah di bursa London Metal Exchange ditutup di posisi US$21.125 per ton. Angka ini menunjukkan peningkatan 45,14% sepanjang tahun (year on year/yoy).

Adapun pada penutupan perdagangan Senin (27/2), harga timah turun 1,02% atau 195 poin menjadi US$18.955 per ton. Angka ini menunjukkan harga terkoreksi 10,27% sepanjang tahun berjalan, dan menjadi satu-satunya logam dasar di LME yang melemah sejak awal 2017.

Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures, menuturkan harga timah sedang mengalami tekanan karena memasuki periode keseimbangan baru. Sebelumnya pada 2016, harga sempat mengalami kenaikan sebesar 70%.

Dari sisi permintaan, harga mendapat sentimen negatif dari penurunan impor China dari Myanmar pada Januari 2017 sebesar 57,6% yoy. Kekhawatiran pasar juga meningkat akibat adanya rencana pemerintah China menghapus pajak ekspor senilai 10%.

Negeri Panda merupakan produsen, pengolah, dan pengonsumsi timah terbesar di dunia. Berdasarkan data Bank Dunia, tiga negara produsen timah terbesar pada 2015 ialah China sebanyak 146.600 ton, Indonesia 68.400 ton, dan Myanmar 24.000 ton.

"Rencana pemotongan pajak membuat proyeksi produk olahan timah dari China akan membanjiri pasar," tuturnya saat dihubungi, Selasa (28/2/2017).

Belum adanya kejelasan program kebijakan Presiden AS Donald Trump tentang penggenjotan belanja infrastruktur turut memberikan sentimen negatif. Oleh karena itu, pelaku pasar komoditas khususnya sektor logam industri menanti pidato Trump pada Selasa (28/2) waktu setempat perihal peta jalan (road map) kebijakan AS.

Dalam jangka panjang, tren harga timah akan bergantung dari sisi suplai dan permintaan. Pada 2017, sambung Andri, harga diprediksi bergerak dalam rentang US$18.000-US$23.000 per ton.

Sisi konsumsi sebenarnya cukup tertopang dari kebutuhan bahan semi konduktor untuk industri elektronik, khususnya smartphone.

Meskipun pasar khawatir terhadap spekulasi kebijakan China menghapus pajak ekspor, faktor suplai masih mendapatkan angin segar dari larangan ekspor konsentrat timah dari Indonesia. Saat ini, pemerintah baru melakukan relaksasi ekspor untuk logam nikel dan bauksit.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures, mengatakan pasar mengantisipasi spekulasi banjir produk timah dari China akibat penghapusan pajak ekspor 10%. Alhasil harga mengalami tren menurun sejak awal tahun.

Pemerintah setempat memang belum mengumumkan secara resmi perihal keputusan penghapusan pajak. Namun, kebijakan yang berlaku sejak 2008 itu tidak ada dalam tabel tarif pajak ekspor komoditas 2017 yang diterbitkan baru-baru ini.

"Pengumuman tarif inilah yang menguatkan spekulasi pajak ekspor logam dihapus, sehingga meningkatkan kegelisahan pasar. Pasokan yang lebih memicu bearish," ujarnya.

Di sisi lain, tren peningkatan pasokan terus terjadi di gudang LME dalam beberapa bulan terakhir. Padahal ketersediaan material di China dan Indonesia sebagai dua produsen utama masih cukup positif.

Dalam rentang waktu mingguan, harga timah diprediksi bergerak dalam rentang US$18.500-US$19.500 per ton dengan kecenderungan menurun. Adapun dalam jangka menengah, tren menurun mulai membaik dan berubah menjadi sedikit naik untuk jangka panjang.

Wahyu memberikan empat level resistance, yakni US$19.581, US$20.140, US$20.680, dan US$21.500. Adapun level support ialah US$18.630, US$18.594, dan US$17.525.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper