Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejumlah Tambang Raksasa Terganggu, Harga Tembaga Kian Perkasa

Harga emas tembaga berpeluang menembus level US$6.000 per ton seiring dengan proyeksi menurunnya pasokan global dari sejumlah tambang besar di dunia.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Harga emas tembaga berpeluang menembus level US$6.000 per ton seiring dengan proyeksi menurunnya pasokan global dari sejumlah tambang besar di dunia.

Daniel Morgan, analis UBS Group AG, mengatakan terjadinya aksi mogok pekerja BHP Billiton di tambang Escondida, Chili, sebagai unit produksi terbesar di dunia, menumbuhkan ekspektasi berkurangnya pasokan tembaga pada 2017 sekitar 1 juta ton atau 5% dari suplai global. Angka ini bertumbuh dari pengurangan produksi sebesar 600.000 ton pada tahun lalu.

Mulai Senin (30/1), serikat pekerja memutuskan aksi pemogokan karena tuntutan kenaikan upah. Pasalnya, harga tembaga sudah meningkat cukup tinggi.

Pada penutupan perdagangan Selasa (31/1) di bursa London Metal Exchange (LME), harga tembaga naik 2,94% atau 171 poin menjadi US$5.991 per ton. Ini merupakan level tertinggi sejak Juni 2015.

Sepanjang tahun berjalan, harga sudan bertumbuh 8,23%. Pada 2016, harga tembaga menguat 17,65%.

Menurut BHP Billiton, Escondida tersebut merupakan tambang tembaga terbesar di dunia. Tingkat produksi di proyek tersebut dapat menghasilkan sekitar 1,1 juta ton dalam setahun. Namun, perusahaan masih enggan menanggapi perihal pemogokan pekerja.

Morgan menyampaikan, penghentian operasi tambang Econdida bertepatan dengan gangguang pasokan dari tambang Grasberg di Papua, Indonesia. Grasberg merupakan tambang tembaga terbesar kedua di dunia.

Freeport-McMoRan Inc., selaku pengelola masih terkena larangan ekspor konsentrat tembaga. Pemerintah Indonesia masih meminta agar PT Freeport Indonesia mengubah lisensi Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus.

Pasar tembaga juga didukung cuaca buruk di wilayah utara Peru. Tambang Cerro Verde milik Freeport di lokasi tersebut mengalami banjir, sehingga mengganggu proses produksi dan distribusi.

"Dengan sentimen pengurangan produksi, harga tembaga berpotensi menembus US$6.00 per ton dalam waktu dekat," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (1/2/2017).

Bila pengurangan produksi bertahan dalam jangka panjang, rerata harga tembaga 2017 berpeluang mencapai kisaran US$6.600 per ton.

Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, menuturkan sebagian besar komoditas bakal mengalami peningkatan pada 2017 seiring dengan proyeksi membaiknya fundamental. Salah satu komoditas yang menjadi primadona ialah tembaga.

Adapun harga tembaga terdorong oleh proyeksi meningkatnya penyerapan untuk pembangunan infrstruktur skala besar di AS dan China. Oleh karena itu, pada 2017 harga berpotensi menguat ke area US$7.000-an per ton.

Presiden AS Donald Trump berjanji mengalokasikan dana US$550 miliar dalam rencana lima tahun untuk membangun jalan, bandara, dan jembatan. Adapun Negeri Panda sudah menginvestasikan US$1,4 triliun dalam 10 bulan pertama 2016 untuk infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, dan jaringan telekomunikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper