Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Pulih, Harga CPO 2017 Terkoreksi Tipis

Harga minyak kelapa sawit atau CPO pada 2017 diperkirakan turun tipis dari tahun sebelumnya akibat pemulihan produksi. Titik terendah harga CPO mungkin mencapai 2.200 ringgit per ton pada Oktober-November 2017.
Pabrik CPO/Antara
Pabrik CPO/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit atau CPO pada 2017 diperkirakan turun tipis dari tahun sebelumnya akibat pemulihan produksi. Titik terendah harga CPO mungkin mencapai 2.200 ringgit per ton pada Oktober-November 2017.

Ling Ah Hong, Direktur Ganling Sdn Bhd., mengatakan efek el nino yang berlangsung sejak tahun lalu masih akan terasa di Indonesia dan Malaysia, sebagai produsen CPO terbesar di dunia, sampai paruh pertama 2017. Keduanya menyumbang 85,4% produksi global pada 2015.

Pada Januari, dia memperkirakan produksi CPO di Malaysia jatuh 10%-12% secara bulanan (month on month/mom). Sementara tingkat persediaan jatuh ke 1,6 juta ton dari Desember 2016 sejumlah 1,67 juta ton.

Namun demikian, pemulihan suplai akan terasa pada paruh kedua 2017 akibat membaiknya cuaca. Di Indonesia, lanjut Ling, produksi akan meroket pada kuartal keempat.

"Dampak el nino masih terasa pada Mei-Juli 2017, dan produksi pulih sepenuhnya di kuartal terakhir," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/1/2017).

Total produksi CPO di Malaysia pada tahun ini diprediksi sebesar 18,7 juta ton, naik dari estimasi 2016 sebanyak 17,32 juta ton, tetapi turun dari 2015 sejumlah 19,96 juta ton. Sementara total produksi di Indonesia pada 2017 diperkirakan sejumlah 32,8 juta ton, hampir sama seperti 2015, tetapi naik dari proyeksi 2016 sebesar 28 juta ton.

Pemulihan produksi di Negeri Garuda lebih tinggi dibandingkan Malaysia karena profil usia pohon yang lebih muda dan peningkatan perluasan area penanaman. Pohon kelapa sawit biasanya mengalami penurunan produksi dalam jangka waktu 6-24 bulan setelah mengalami kekeringan dalam waktu panjang.

Dengan proyeksi pemulihan produksi, harga CPO diperkirakan mengalami perlambatan pada paruh kedua 2017. Di sisi lain, dukungan cuaca membuat produksi kedelai dan minyak nabati lainnya cenderung lancar.

Sentimen ini membuat harga minyak nabati cenderung menurun. Titik terendah harga CPO mungkin mencapai 2.200 ringgit per ton pada Oktober-November 2017.

Secara keseluruhan, Ling memperkirakan rerata harga CPO pada 2017 ialah 2.600 ringgit per ton. Angka ini turun sedikit dari 2016 senilai 2.630 ringgit per ton.

Pada penutupan perdagangan Bursa Malaysia, Selasa (17/1), harga CPO kontrak April 2017 naik 49 poin atau 1,58% menuju 3.159 ringgit (US$708,53) per ton. Ini menunjukkan pertumbuhan 3,24% sepanjang tahun berjalan. Tahun lalu, harga bertumbuh 25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper