Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Turun, Minyak Berpeluang ke US$60

Harga minyak mentah berpeluang mencapai level US$60 per barel pada kuartal I/2017 seiring dengan implementasi pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barel per hari.
Harga minyak naik/Ilustrasi
Harga minyak naik/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak mentah berpeluang mencapai level US$60 per barel pada kuartal I/2017 seiring dengan implementasi pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barel per hari.

Pada penutupan perdagangan Jumat (13/1), harga minyak WTI kontrak Februari 2017 berada di posisi US$52,37 per barel, turun 0,64 poin atau 1,21%.

Sementara minyak Brent kontrak Maret 2017 bertengger di US$55,45 per barel, menurun 0,56 poin atau 1%.

Standard Chartered Bank dalam risetnya menyampaikan pada awal 2017 nada positif mendominasi berita pasar minyak. Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab akan memangkas produksi.

Sementara dari pihak non-OPEC, Rusia mengurangi penambangan sekitar 100.000 bph pada awal tahun dari kesepakatan bersama sejumlah 300.000 bph.

Sebagai produsen minyak terbesar di dunia, Rusia tetap memacu suplai sebesar 11,21 juta bph pada Desember atau sama dengan bulan sebelumnya. Ini membuat rerata produksi Negeri Beruang Merah pada 2016 naik 0,54 juta bph menjadi 10,96 juta bph dari 2015 sejumlah 10,72 juta bph.

"Berbagai sentimen positif ini dapat mengerek harga minyak menuju US$60 per barel pada kuartal I/2017," papar riset yang dikutip Bisnis.com, Minggu (15/1/2017).

Namun, harga masih sensitif karena pasar dibayangi oleh potensi penggenjotan suplai lebih lanjut. Nigeria dan Libya misalnya yang menyatakan tetap meningkatkan produksi setelah serangan teroris mengganggu penambangan pada tahun lalu.

Sebelumnya, anggota OPEC pada rapat 30 November 2016 sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta bph menjadi 32,5 juta bph mulai awal 2017. Selanjutnya pada 10 Desember, sejumlah negara produsen minyak mentah lainnya setuju menurunkan suplai baru sejumlah 558.000 bph.

Artinya, mulai tahun ayam api, pasar minyak mentah akan mengalami selisih pasokan minyak baru hampir 1,8 juta bph.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo, menuturkan masih optimis negara-negara anggota masih akan menindaklanjuti kesepakatan. Pertemuan lanjutan dilaksanan pada 22 Januari 2017 untuk memutuskan sejauh mana tingkat pemangkasan produksi.

"Saya tetap yakin keputusan bersejarah ini akan sepenuhnya dilaksanakan," tandasnya seperti dikutip dari Reuters.

Eksportir top seperti Arab Saudi dan Kuwait telah memangkas produksi lebih awal dalam menjalankan komitmen. Ini menjadi contoh bahwa OPEC bersikap serius dalam upaya menstabilkan pasar minyak mentah.

Menteri Perminyakan Kuwait Essam Al-Marzouq mengatakan sejauh ini telah lebih dari 60% pemangkasan produksi OPEC sudah berjalan. Pertemuan untuk membicarakan lanjutan pemotongan suplai dilaksanakan 22 Januari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper