Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Perjanjian OPEC Diragukan, Harga Minyak Lemas

Sejumlah pihak memperkirakan implementasi pemangkasan produksi minyak mentah oleh OPEC tidak akan sesuai dengan kesepakatan sebesar 1,2 juta barel per hari (bph), sehingga harga tertekan.
Suasana sidang OPEC di Vienna, Austria, Rabu (30/11)./REUTERS-Heinz-Peter Bader
Suasana sidang OPEC di Vienna, Austria, Rabu (30/11)./REUTERS-Heinz-Peter Bader

Bisnis.com, JAKARTA--Sejumlah pihak memperkirakan implementasi pemangkasan produksi minyak mentah oleh OPEC tidak akan sesuai dengan kesepakatan sebesar 1,2 juta barel per hari (bph), sehingga harga tertekan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (13/1), harga minyak WTI kontrak Februari 2017 berada di posisi US$52,37 per barel, turun 0,64 poin atau 1,21%. Sementara minyak Brent kontrak Maret 2017 bertengger di US$55,45 per barel, menurun 0,56 poin atau 1%.

Sebelumnya, anggota OPEC pada rapat 30 November 2016 sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta bph menjadi 32,5 juta bph mulai awal 2017.

Selanjutnya pada 10 Desember, sejumlah negara produsen minyak mentah lainnya setuju menurunkan suplai baru sejumlah 558.000 bph. Artinya, mulai tahun ayam api, pasar minyak mentah akan mengalami selisih pasokan minyak baru hampir 1,8 juta bph.

Salah satu sumber OPEC kepada Reuters mengatakan, kepatuhan perjanjian pemangkasan produksi tidak akan mencapai 100%. Berdasarkan data historis, implementasi sekitar 50%-60% dari perjanjian akan cukup baik.

"Tidak akan pernah kepatuhan 100% terjadi bila melihat masa lalu. Sebetulnya kepatuhan sekitar 80% itu sudah baik, tetapi serendah-rendahnya, 50% [dari perjanjian] masih bisa diterima," ujar sumber tersebut seperti dikutip Bisnis.com, Minggu (15/1/2017).

Terakhir kali OPEC melakukan pemangkasan produksi pada 2009, menyusul perjanjian di tahun sebelumnya. Menurut International Energy Agency (IEA) dan sejumlah analis lainnya, saat itu, pengurangan suplai hanya terlaksana sekitar 60%.

Oleh karena itu, wajar bila pada 2017, pengurangan produksi sekitar 60% kembali terulang. Daniel Garbner, CEO Petro-Logistics, perusahaan yang menilai pasokan OPEC dari pelacakan kapal tanker, mengatakan pasar akan melihat sekali lagi kepatuhan pemangkasan produksi sekitar 60%-70%.

Potensi pertumbuhan suplai baru juga masih ada, karena Libya dan Nigeria dibebaskan dari kesepakatan. Kedua negara tetap meningkatkan produksi pada Desember 2016 meskipun pasokan OPEC secara keseluruhan menurun.

"Sangat sulit bagi OPEC untuk mempertahankan target produksi sebesar 32,5 juta barel per hari," ujar Garbner.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Sumber : reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper