Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fundamental Oke, Harga Logam Diprediksi Kokoh di Kuartal I/2017

Harga logam dasar diperkirakan bakal menguat pada kuartal I/2017 seiring dengan menguatnya musim permintaan di awal tahun, proyeksi pertumbuhan indikator ekonomi, dan masih terbatasnya produksi.
Pabrik baja di Jiaxing, Provinsi Zhejiang, China/Reuters-William Hong
Pabrik baja di Jiaxing, Provinsi Zhejiang, China/Reuters-William Hong

Bisnis.com, JAKARTA - Harga logam dasar diperkirakan bakal menguat pada kuartal I/2017 seiring dengan menguatnya musim permintaan di awal tahun, proyeksi pertumbuhan indikator ekonomi, dan masih terbatasnya produksi.

Pada penutupan perdagangan Selasa (3/1), harga tembaga di London Metal Exchange (LME) menurun 35,5 poin atau 0,64% menuju US$5.500 per ton. Sementara harga seng terkoreksi 55 poin atau 2,14% menjadi US$2.521 per ton. Adapun harga nikel turun 110 poin atau 1,1% menjadi US$9.910 per ton, naik 26,64% ytd.

Harga logam tertekan oleh penguatan dolar AS. Pada pukul 18:22 WIB, indeks dolar AS terkoreksi 0,31% menuju 102,89. Hari sebelumnya, Selasa (3/1/2017), dolar berada di level 103,31, atau level tertinggi dalam sepekan terakhir.

Sejumlah analis RBC Capital Markets dalam risetnya memaparkan, secara musiman permintaan akan mulai mengalami peningkatan pada awal tahun, sehingga mendorong penguatan harga. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dari dua negara raksasa, AS dan China, turut mendongkrak sisi konsumsi.

Di China, tingkat produksi baja bakal berkurang sampai paruh pertama 2017 akibat kendala cuaca. Namun, reli harga logam dapat tertekan oleh penguatan dolar AS akibat sentimen hawkish Federal Reserve yang mengerek suku bunga tiga kali pada tahun ini.

"Dengan melihat sentimen-sentimen yang ada, harga logam kami perkirakan akan menguat sampai kuartal pertama 2017," papar RBC, Rabu (4/1/2017).

Dalam riset lainnya, Morgan Stanley memprediksi harga logam pada 2017 bakal mengalami peningkatan seiring dengan rencana Presiden AS Donald Trump untuk memacu sektor infrastruktur dan naiknya permintaan China.

Pada 2016, indeks LME pun menuju kenaikan tahunan pertama dalam empat tahun terakhir. Konsumsi China terbukti masih kuat dan kemenangan Trump mendorong spekulasi prospek permintaan.

"Akan tetapi, rincian rencana pengembangan infrastruktur AS belum diketahui. Pasar masih melihat faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga dari sisi fundamental," papar riset.

Harga logam yang menempati daftar teratas (top picks) pada 2017 versi Morgan Stanley ialah seng, nikel, dan alumunium. Sementara komoditas lain seperti bijih besi, batu bara termal, dan batu bara metalurgi memiliki kinerja yang cukup baik.

Tahun ini, rerata harga seng diprediksi naik 16% menjadi US$2.728 per ton, nikel tumbuh 13% menuju US$11.657 per ton, alumunium 10% menjadi US$1.786 per ton, dan tembaga meningkat 13% menuju US$5.346 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper