Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain Dolar AS, 3 Faktor Ini Bikin Kilau Emas Emas Memudar

Harga emas sedang mengalami tekanan akibat penguatan dolar AS. Di sisi lain, ada tiga faktor yang menghambat permintaan batu kuning, yakni situasi global yang kian stabil, melemahnya permintaan di India, serta pembatasan impor di China.
Emas batangan/Reuters
Emas batangan/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas sedang mengalami tekanan akibat penguatan dolar AS. Di sisi lain, ada tiga faktor yang menghambat permintaan batu kuning, yakni situasi global yang kian stabil, melemahnya permintaan di India, serta pembatasan impor di China.

Pada perdagangan Selasa (20/12) pukul 17:37 WIB, harga emas spot turun 4,8 poin atau 0,42% menuju ke US$1.133,41 per troy ounce (Rp489.602 per gram). Dalam waktu yang sama, indeks dolar AS meningkat 0,26% menjadi 103,41.

Suki Cooper, Precious Metals Analyst Standard Chartered Bank di New York, menyampaikan sejak pemilihan presiden AS, reli harga emas sejak awal tahun sudah mereda. Bahkan adanya peluang kenaikan membuat terbukanya kesempatan bagi investor untuk melakukan aksi jual.

"Harga emas kini berisiko mengalami tekanan lebih lanjut," paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.com, Selasa (20/12/2016).

Ada tiga faktor utama yang membuat kemilau emas meredup, yakni latar kondisi makro global yang kurang menguntungkan, musim pelemahan permintaan di India, dan pembatasan kuota impor di China.

Meskipun demikian, emas masih bisa mengalami peningkatan akibat situasi ketidakpastian politik dan makro yang mendorong permintaan terhadap aset haven. Peningkatan harga batu kuning berasal dari perubahan sentimen yang menaikkan momentum.

Agenda seperti Brexit membuat permintaan melesat dan membawa harga melampaui US$1.350 per troy ounce. Situasi serupa terjadi saat pemilihan presiden AS karena meningkatnya sentimen risiko setelah elektabilitas Donald Trump mengungguli Hillary Clinton.

Namun, pidato Trump dan rencana-rencananya untuk meningkatkan belanja infrastruktur, memotong pajak, serta memacu perekonomian memberikan angin segar. Kemenangan Trump memicu reli dolar AS, pasar saham, dan obligasi AS.

Dari sisi permintaan, secara historis bulan Desember merupakan ujung dari meningkatnya permintaan musiman India yang terkait dengan pernikahan. Sementara China berpeluang meningkatkan pembelian menjelang Tahun Baru Imlek.

"Namun kali ini tampaknya permintaan emas dari dua negara akan melemah," tutur Cooper.

Pemerintah India mengekang konsumsi emas dari luar negeri, termasuk dengan menaikkan cukai hingga 10% dan menerapkan uang jaminan 200.000 rupee atau US$3.000 kepada importir. Alhasil rata-rata impor emas bulanan hingga Oktober 2016 sudah jatuh lebih dari 40% (year on year/yoy) menjadi di bawah 50 ton.

Sementara di China, impor emas turun 5%-8% yoy sampai Oktober 2016. Pemerintah menerapkan premi emas hingga US$20 per ons, sehingga menyurutkan tingkat permintaan.

Standard Chartered memprediksi rerata harga emas pada 2016 senilai US$1.260 per troy ounce. Angka ini akan menurun pada tahun depan menuju US$1.213 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper