Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KURS RUPIAH: Ini Prediksi Pergerakan Hingga Akhir Pekan

Mata uang rupiah diprediksi stabil sampai akhir 2016 meski ada pengerekan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC).

Bisnis.com, JAKARTA--Mata uang rupiah diprediksi merosot pada pekan ini akibat pengerekan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC). Namun, mata uang Garuda relatif stabil hingga akhir 2016.

Pada perdagangan Selasa (13/12), rupiah ditutup menguat 0,05% atau 6 poin ke Rp13.325 per dolar AS setelah bergerak di kisaran Rp13.332--Rp13.284 per dolar AS. Sementara kurs tengah BI pada dipatok Rp13.309 per dolar AS.

Penguatan mata uang Garuda mendapat dorongan dari pelemahan dolar. Indeks dolar AS pada pukul 16:51 merosot 0,01% menuju 100,02.

Andri Hardianto, Analis Asia Trade Point Futures, menuturkan menjelang FOMC rupiah mengalami penguatan terbatas akibat koreksi tipis dari dolar AS. Namun, tekanan setelah pengumuman kenaikan suku bunga The Fed akan terasa.

"Pasca naiknya suku bunga AS, rupiah akan sedikit bergejolak dengan kecenderungan melemah, tetapi hanya sesaat. Sampai akhir pekan ini berpeluang turun," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (13/12/2016).

Menurut Andri, mata uang domestik setelah mengalami guncangan akan kembali stabil akibat pengumuman BI tentang suku bunga. Diperkirakan suku bunga masih bertahan di level 4,75%.

Sampai akhir pekan ini, rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp13.250--Rp13.400 per dolar AS. Sedangkan pada akhir tahun, rentang harga ialah Rp13.200--13.350 per dolar AS.

Faktor yang mendukung penguatan rupiah ialah perbaikan kondisi ekonomi dan politik di dalam negeri. Sementara dari sisi eksternal, meningkatnya harga minyak mentah menaikkan proyeksi pertumbuhan ekspor dan memberikan sentimen positif terhadap mata uang Garuda.

"Sampai akhir tahun, kalau kita lihat harga minyak masih di dalam tren positif seperti saat ini, rupiah akan stabil di bawah level Rp13.500 per dolar AS," tuturnya.

Pada perdagangan Selasa (13/12) pukul 16:53 WIB harga minyak WTI kontrak Januari 2017 berada di posisi US$53,06 per barel, naik 0,23 poin atau 0,44%. Harga memanas setelah anggota OPEC dan negara produsen minyak non anggota mencapai kesepakatan menahan suplai untuk pertama kalinya sejak 2001.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper