Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Batu Bara Rebound, Bumi Resources (BUMI) Bidik Kinerja Moncer 2017

Emiten tambang milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. kembali bertaji seiring rebound harga batu bara dan restrukturisasi utang yang rampung pada 2017.

Bisnis.com, JAKARTA--Emiten tambang milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. kembali bertaji seiring rebound harga batu bara dan restrukturisasi utang yang rampung pada 2017.

Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava menuturkan tahun ini akan menjadi titik balik perseroan dalam kinerja keuangan. Bahkan, dia membidik target pendapatan dan laba bersih tahun depan bakal menjulang.

"Kami memerkirakan laba bersih menjadi jauh lebih tinggi karena setelah restrukturisasi kami akan mengurangi beban bunga seiring pemangkasan utang," katanya kepada Bisnis.com, Sabtu (10/12/2016).

Dalam catatan Bisnis.com, kinerja emiten bersandi saham BUMI tersebut pada tahun lalu menjadi capaian terburuk sejak 2009. Periode 2015 menjadi tahun paling jeblok bagi BUMI yang pernah berjaya pada era booming komoditas batu bara.

Pada tahun buku 2015, BUMI mengantongi pendapatan US$40,5 juta. Padahal, BUMI pernah mengantongi revenue hingga lebih dari US$4 miliar pada 2011 dan tahun-tahun sebelumnya.

Tahun lalu, BUMI juga menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$1,92 miliar setara dengan Rp24 triliun lebih. Kerugian BUMI terus menggunung seiring terus anjloknya komoditas batu bara, setelah periode 2010 perseroan meraup laba US$207,11 juta.

Kinerja BUMI mulai berbalik. Perusahaan yang dimiliki oleh mantan Ketua Umum Partai Golkar Aburiza Bakrie itu telah membukukan keuntungan bersih pada periode Januari-September 2016.

BUMI meraup laba senilai US$73,04 juta pada kuartal III/2016 dari periode yang sama tahun sebelumnya rugi US$627,99 juta. Lompatan itu mencapai US$701 juta dalam waktu setahun.

Dileep berujar positifnya kinerja perseroan lantaran beban bunga yang lebih rendah, penurunan aset juga menipis, keuntungan nilai tukar, dan pembatalan denda bunga pinjaman.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Jumat (9/12/2016), disebutkan pendapatan perseroan terkoreksi 46,04% menjadi US$18,07 juta. Padahal, selama periode Januari-September 2015, perseroan mampu meraup pendapatan US$33,49 juta.

Manajemen tidak mencantumkan beban pokok pendapatan pada periode kali ini. Sebelumnya, beban pokok pendapatan mencapai US$3,2 juta.

Laba kotor yang dikantongi akhirnya terkoreksi 40,3% dari US$30,29 juta menjadi US$18,07 juta. Beban usaha berhasil ditekan 14,3% menjadi US$20,89 juta dari US$24,37 juta.

Akhirnya, perseroan mencatatkan rugi usaha US$2,82 juta dari sebelumnya laba usaha US$5,91 juta. Tercatat, beban bunga yang harus dibayarkan perseroan menyusut drastis 30,1% menjadi US$283,33 juta dari US$405,4 juta.

Akan tetapi, perseroan tidak lagi memiliki laba neto atas penjualan entitas anak yang pada tahun sebelumnya mencapai US$16,2 juta. Penurunan nilai aset jauh berkurang 75,5% menjadi US$51,8 juta dari US$212,32 juta.

Laba selisih kurs yang meroket 1.060% menjadi US$4,36 juta juga mendorong penambahan keuntungan perseroan. Akhirnya, BUMI meraup pendapatan lain-lain bersih senilai US$49,1 juta dari sebelumnya beban US$680,86 juta.

Manajemen BUMI bisa bernafas lega setelah meraup laba sebelum pajak US$46,28 juta dari sebelumnya rugi US$674,94 juta. Perseroan juga meraih laba neto US$59,54 juta dari sebelumnya rugi bersih US$640,86 juta.

Secara keseluruhan, pendapatan BUMI melesat 186,89% menjadi US$402,34 juta dari US$140,24 juta. Saat bersamaan, total beban BUMI turun 56,32% dari US$815,18 juta menjadi US$356,06 juta.

Sementara dari sisi operasional, pendorong positifnya kinerja BUMI dalam 9 bulan tahun ini lantaran biaya operasi yang lebih rendah, peningkatan volume penjualan, kenaikan harga batu bara, dan menyusutnya cash cost produksi.

"Kami berharap untuk mengakhiri tahun ini lebih tinggi dari year to date karena peningkatan volume dan lonjakan tajam harga batu bara pada kuartal IV," katanya.

Tren penguatan harga batu bara acuan (HBA) terus berlanjut hingga menyentuh level US$101,69 per ton pada Desember 2016, tertinggi sejak Mei 2012.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), HBA Desember 2016 naik 19,79% dari HBA bulan lalu US$84,89 per ton.

Kenaikan harga senilai US$16,8 per ton tersebut menjadi kenaikan bulanan tertinggi, sekaligus memecahkan rekor kenaikan bulan lalu US$15,82 per ton.

Sementara itu, sebagai salah satu produsen dan eksportir batu bara terbesar dunia, BUMI bersama anak-anak usahanya, PT Arutmin Indonesia, PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Pendopo Energy Batubara, dan PT Fajar Bumi Sakti, bakal menggenjot produksi pada 2017.

Manajemen membidik target volume penjualan pada tahun depan meningkat 5%-7% menjadi minimum 90 juta ton dengan kapasitas produksi 100 juta ton. Akhir tahun ini, produksi dan penjualan batu bara ditargetkan dapat mencapai 86 juta ton.

Hingga September 2016, penjualan batu bara BUMI meningkat 10,7% year-on-year menjadi 64,6 juta ton dari 58,4 juta ton. BUMI secara konsolidasi memiliki cadangan sebesar 2,2 miliar metrik ton batu bara. Cadangan dan sumber daya seluruhnya mencapai 14,5 metrik ton.

Tahun depan, manajemen BUMI menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$100 juta untuk ekspansi. Alokasi belanja modal yang dirogoh dari kantong internal itu melonjak 200% dari tahun ini senilai US$50 juta.

Dileep menargetkan perseroan mengurangi utang senilai US$2,6 miliar pada tahun depan. Beban bunga diproyeksi menyusut lebih dari US$250 juta dalam setahun.

Sehingga, kinerja perseroan bakal moncer yang juga diungkit oleh lonjakan harga komoditas batu hitam itu. "Kami proyeksi lonjakan harga batu bara tahun depan mencapai 30%," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper