Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

El Nino Berakhir, Pendapatan Emiten Sawit Bakal Meningkat

Efek El Nino yang berakhir pada kuartal I/2017 diperkirakan menambah proyeksi peningkatan produksi industri kelapa sawit pada tahun depan. Alhasil, pendapatan perusahaan diprediksi meningkat.
Ilustrasi kelapa sawit/Reuters-Samsul Said
Ilustrasi kelapa sawit/Reuters-Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Efek El Nino yang berakhir pada kuartal I/2017 diperkirakan menambah proyeksi peningkatan produksi industri kelapa sawit pada tahun depan. Alhasil, pendapatan perusahaan diprediksi meningkat.

Joni Wintarja, analis NH Korindo Sekuritas, dalam risetnya, memaparkan sejak 2015 industri minyak kelapa sawit merasakan kesulitan produksi akibat fenomena El Nino yang datang setiap 10 tahun. Namun, kali ini dampaknya terasa lebih signifikan dibandingkan dekade lalu.

Minimnya suplai membawa berkah bagi harga CPO yang kini terdongkrak ke atas 3.000 ringgit per ton. Diperkirakan efek El Nino yang memangkas produksi tandan buah segar atau TBS akan benar-benar berkurang setelah kuartal I/2017.

Dalam jangka panjang atau tahun depan, reli harga CPO dapat berakhir akibat produktivitas yang meningkatkan jumlah pasokan menjadi surplus. Program penggunaan bahan bakar biodiesel B20 akan menjadi penyelamat konsumsi domestik.

"Kebijakan ini setidaknya menjaga jumlah pasokan dan permintaan di dalam negeri pada posisi stabil," ujarnya dalam riset yang dikutip Bisnis.com, Kamis (8/12/2016).

Berkurangnya produksi TBS akibat El Nino juga dirasakan sejumlah emiten kelapa sawit. Berdasarkan laporan keuangan per kuartal III/2016, hanya 3 perusahaan dari 16 emiten yang mencatatkan kenaikan pendapatan, yakni PALM, SIMP, dan TBLA.

Sementara yang mencatatkan kenaikan laba (rugi) bersih ada 5 emiten, yaitu AALI, ANJT, SIMP, PALM, dan TBLA. Meski kinerja belum membaik, 10 emiten mencatatkan peningkatan harga saham sepanjang tahun berjalan karena terdongkrak nilai jual CPO.

Joni memprediksi, setelah efek El Nino benar-benar berkurang pada kuartal I/2017, pendapatan emiten sawit dalam meningkat tahun depan. Sementara pada 2016, secara umum pemasukan perusahaan terkoreksi dibandingkan 2015.

AALI misalnya, dipresiksi membukukan penurunan pendapatan 1,8% year on year (yoy) pada 2016 menjadi Rp12,83 triliun dibandingkan 2015 sebesar Rp13,06 triliun. Namun, pemerosotan kali ini tidak akan sebesar tahun lalu sebesar 19,9% yoy.

Sementara pada dua tahun ke depan, tren pemasukan kembali membaik. Pendapatan emiten kebun milik Grup Astra ini meningkat 10% yoy menuju 14,12 triliun pada 2016, dan 5% yoy menjadi Rp14,81 triliun pada 2017.

Serupa, LSIP masih membukukan penurunan pendapatan 15,2% yoy pada 2016 menjadi Rp3,55 triliun dari sebelumnya Rp4,19 triliun. Tren pemerosotan ini lebih besar dibandingkan 2015 yang mencapai 11,4% yoy.

Dalam dua tahun ke depan, tren pemasukan anak usaha SIMP ini akan berbalik menjadi meningkat. Pada 2017 proyeksi pendapatan yang diraih sebesar Rp3,8 triliun atau tumbuh 7% yoy, sedangkan pada 2018 meraup Rp4,12 triliun atau naik 8,4%.

NH Korindo memberi rekomendasi BUY terhadap saham AALI dengan target harga per Desember 2017 sebesar Rp21.125. Sementara saham LSIP mendapat rekomendasi HOLD dengan target harga Rp2.020 untuk waktu yang sama.

Tren peningkatan pemasukan emiten sawit dalam dua tahun ke depan akibat membaiknya produksi juga diamini BCA Sekuritas. Empat perusahaan yang masuk dalam risetnya ialah AALI, LSIP, SIMP, dan SGRO.

Proyeksi total laba bersih empat emiten tersebut pada 2016 ialah Rp2,33 triliun (AALI Rp1,53 triliun, LSIP Rp364 miliar, SIMP Rp407 miliar, SGRO Rp34 miliar). Pada 2017, angka ini dapat tumbuh 54,69% menuju Rp3,61 triliun (AALI Rp2,08 triliun, LSIP Rp761 miliar, SIMP Rp527 miliar, SGRO Rp237 miliar)

Rekomendasi saham emiten teratas ialah LSIP dengan target harga Rp2.100 dan AALI dengan target harga Rp19.200, karena neraca perusahaan yang sehat serta peranan mereka sebagai pemain utama di sektor hulu CPO. Kedua saham itu mendapatkan rekomendasi buy.

Cemerlangnya kinerja LSIP turut mendongkrak sang induk usaha, yakni SIMP. BCA Sekuritas juga merekomendasikan buy terhadap saham SIMP dengan target harga Rp590.

Namun, lanjut Nyoman, pihaknya hanya memberikan rekomendasi hold bagi saham SGRO dengan target harga Rp2.050. Pasalnya, perusahaan masih menghadapi gugatan atas kebakaran hutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper