Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reli Harga Minyak Bisa Tersandung The Fed

Kesepakatan OPEC untuk memangkas produksi berhasil melambungkan harga minyak mentah. Meskipun demikian, reli bisa tersendat oleh pengerekan suku bunga Federal Reserve pada Desember 2016.
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Kesepakatan OPEC untuk memangkas produksi berhasil melambungkan harga minyak mentah. Meskipun demikian, reli bisa tersendat oleh pengerekan suku bunga Federal Reserve pada Desember 2016.

Pada perdagangan Kamis (1/12) pukul 19:00 WIB harga minyak WTI kontrak Januari 2017 berada di posisi US$49,9 per barel, naik 0,46 poin atau 0,93%%. Sementara minyak Brent kontrak Februari 2017 bertengger di US$50,47 per barel, meningkat 4,09 poin atau 8,82%.

Dalam rapat OPEC di Wina, Austria, organisasi memutuskan pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari menjadi 32,5 juta barel per hari mulai awal 2017. Pasar menyambut baik rencana ini sehingga melejitkan harga.

Head of Research & Analyst PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan meski pemangkasan produksi dilakukan Januari 2017, efek kesepakatan OPEC langsung terasa terhadap harga. Pasalnya, kesepakatan tersebut menandakan adanya perjanjian antar negara produsen minyak lainnya.

"OPEC tidak akan membatasi produksi jika negara produsen minyak di luar organisasi ikut serta," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (1/12/2016).

Rusia sebagai produsen terbesar di dunia turut serta dalam perjanjian dengan pemangkasan sebesar 300.000 barel per hari. Adapun AS menurunkan suplai baru hingga 8,7 juta barel per hari pada akhir Oktober setelah sebelumnya menghasilkan 9,2 juta barel per hari di awal 2016.

Menurut Ariston, secara teknikal harga minyak sedang mencoba keluar dari pola bearish. Sampai akhir tahun, level resistance terdekat berada di posisi US$52, dan selanjutnya berada dalam rentang US$58--US$60 per barel.

Menguatnya harga minyak turut memberikan sentimen positif terhadap komoditas unggulan Tanah Air seperti minyak kelapa sawit atau CPO, karet, timah, dan batu bara. Pasalnya, minyak merupakan komoditas strategis yang memengaruhi semua lingkup perdagangan.

"Untuk konsistensi harga tentunya tergantung fundamental masing-masing komoditas," ujarnya.

Meski berpeluang mengalami reli panjang, harga minyak akan tersandung oleh pengerekan suku bunga Federal Reserve pada bulan depan. Pasalnya, kenaikan dolar AS dapat menekan permintaan minyak, sehingga harga mengalami sentimen negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper