Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Rebound, Harga Emas Masih Cenderung Negatif

Harga emas berhasil memantul akibat pelemahan indeks dolar AS. Namun, komoditas tersebut tetap mengalami tekanan besar sampai akhir tahun akibat proyeksi pengerekan suku bunga Federal Reserve pada bulan depan.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Harga emas  berhasil memantul akibat pelemahan indeks dolar AS. Namun, komoditas tersebut tetap mengalami tekanan besar sampai akhir tahun akibat proyeksi pengerekan suku bunga Federal Reserve pada bulan depan.

Pada perdagangan Senin (28/11) pukul 17:50 WIB, harga emas gold spot naik 7,53 poin atau 0,64% menuju ke US$1.191,08 per troy ounce atau Rp515.706,79 per gram.

Adapun harga jual emas Antam naik Rp1.000 per gram ke level Rp550.600—Rp590.000 per gram. Sementara harga buyback juga meningkat Rp1.000 menuju Rp514.000 per gram.

Penguatan emas terdorong oleh pelemahan dolar. Kemarin pada pukul 18:05 WIB, indeks dolar terpantau turun 0,31 poin atau 0,31% menuju ke 101,18. Angka ini menunjukkan kenaikan 2,59% sepanjang tahun berjalan.

Anthem Blanchard, chief executive officer perusahaan investasi Anthem Vault, mengatakan harga emas telah tertekan akibat menguatnya data ekonomi dan prospek belanja AS setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. Membaiknya ekonomi Paman Sam juga memicu naiknya peluang The Fed untuk mengerek suku bunga.

Di sisi lain, selera investor terhadap aset lindung nilai seperti emas berkurang sehingga cenderung melakukan aksi jual. Puncaknya terjadi pada Kamis (24/11), dimana harga gold spot berada di posisi US$1.181,67 yang menjadi level terendah dalam 9 bulan terakhir.

Kejatuhan harga yang begitu rendah membuatnya mengalami rebound teknikal. Balnchard juga menilai saat ini merupakan masa tenang sebelum Federal Open Market Committee (FOMC) pada 13--14 Desember 2016. Probabilitas peluangnya kini sudah mencapai 100%, sehingga dipercaya dapat terjadi.

"Ada pendapat yang menyatakan ini merupakan masa tenang sebelum badai [hasil rapat FOMC]. Kenaikan suku bunga seperti tahun lalu akan menjadi katalis nyata bagi harga emas," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (28/11/2016).

Tahun lalu, The Fed melakukan pengerekan suku bunga pada Desember 2015. Hal yang sama diperkirakan terjadi kembali pada tahun ini, setelah sebelumnya merencakan kenaikan bertahap sepanjang 2016.

Para trader yakin The Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan depan, sehinga membatasi daya tarik emas karena tidak memberikan imbal hasil yang diharapkan. Berdasarkan data Bloomberg, kepemilikan emas di bursa turun 85,5 ton sepanjang November menuju 1.902 ton yang merupakan level terendah sejak Juni 2016.

George Gero, managing director RBC Wealth Management, menuturkan setiap ada sentimen yang membuat The Fed menyatakan hawkish, maka emas akan mengalami penurunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper