Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Karet Tahan Ekspor, Harga Merangkak Naik

Negara produsen karet kompak menahan ekspor karet, sehingga membuat harga karet pun merangkak naik.nn
Karet/ilustrasi
Karet/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Negara produsen karet kompak menahan ekspor karet, sehingga  membuat harga karet pun merangkak naik.

Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Aziz Pane mengatakan harga karet yang merangkak naik karena negara penghasil karet yakni Vietnam  menahan produksi karet. Menurutnya, bila negara penghasil karet tidak menahan produksi karet maka harga bisa turun.

"Kami senang sekali harga karet bisa meningkat. Harga karet naik karena ada kebijakan menahan produk dan faktor musim hujan," ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Senin (22/11).

Kesepakatan antara International Tripartite Rubber Council (ITRC), yakni kelompok negara penghasil karet yang terdiri dari pemerintah Thailand, Malaysia, dan Indonesia memangkas kapasitas ekspor atau Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) mulai Maret -- Desember 2016 juga memberikan dampak positif terhadap harga.

Di bawah perjanjian AETS, tiga negara yang memasok 60% kebutuhan karet global akan memotong total ekspornya sebanyak 615.000 ton. Rincian adalah, Thailand sekitar 324.005 ton, Indonesia sebesar 238.736 ton, dan Malaysia sejumlah 52.259 ton. Dengan langkah tersebut, ITRC berharap harga komoditas karet menuju normal, sekitar US$2-US$3 per kg.

Pada perdagangan Selasa (22/11) harga karet kontrak April 2017 di Tokyo Commodity Exchange terkoreksi tipis 0,8 poin atau 0,35% menuju level 228,7 yen per kilogram (kg). Adapun karet kontrak April 2017, kemarin, diperdagangkan dalam rentang 228,3 yen per kg--230,4 yen per kg.

Berdasarkan data Bank Dunia, lima peringkat teratas produsen karet terbesar pada tahun lalu ialah Thailand sebanyak 4,47 juta ton, Indonesia 3,17 juta ton, Vietnam 1,02 juta ton, China 794.000 ton, dan Malaysia 722.000 ton.

Azis mengklaim produksi karet di Indonesia tidak menurun akibat musim penghuna. Menurutnya, negara penghasil karet telah sepakat tidak ingin over produksi untuk menjaga harga karet tetap meningkat.

Dia membeberkan saat ini China telah melakukan investasi di negara penghasil karet seperti Myanmar, Laos dan Kamboja untuk membuka 5 juta ha lahan. Menurutnya, investasi China di tiga negara itu bisa meningkatkan produksi karet dan mengalahkan Indonesia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper