Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's Proyeksi Laba Emiten Komoditas RI 2017 Melesat

Badai korporasi komoditas telah berlalu. Sektor komoditas diproyeksi moncer bernas dan menjadi penggerak dalam kinerja korporasi di Indonesia pada 2017.
Memantau harga komoditas/JIBI
Memantau harga komoditas/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Badai korporasi komoditas telah berlalu. Sektor komoditas diproyeksi moncer bernas dan menjadi penggerak dalam kinerja korporasi di Indonesia pada 2017.

Lembaga pemeringkat Moody's Investor Services memerkirakan kinerja emiten komoditas pulih, menyusul tren penguatan harga. Kebijakan ekonomi Amerika Serikat pascasuksesi Donald J. Trump, juga diyakini membawa berkah.

Gary Lau, Managing Director Moody's Corporate Finance Group, mengestimasi pertumbuhan laba korporasi non-keuangan di Indonesia akan tumbuh 2%-6% pada 2017. Laporan Moody's yang rilis Senin (21/11/2016), menyebutkan pertumbuhan laba tahun depan akan ditopang oleh laju pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 5,2%.

Kualitas kredit korporasi di Asia -minus Jepang- diperkirakan tetap stabil pada 2017, ditunjang kondisi makro ekonomi yang stabil, pemulihan harga komoditas, dan likuiditas pasar yag memadai.

"Kami berharap pertumbuhan global dan regional akan stabil di 2017 sehingga dapat mengurangi risiko pemburukan kualitas kredit korporasi di Asia," katanya.

Kemarin, harga batu bara Newcastle Coal Futures turun 1,15% menjadi US$105,10 per ton. Kendati turun, harga tersebut melesat dibandingkan posisi Desember 2016 sebesar US$50,60 per ton.

Sebaliknya, analis DBS Vickers Securities Indonesia Ben Santoso, menilai kinerja emiten komoditas kelapa sawit justru masih akan tertekan pada 2017. Harga CPO diproyeksi terkoreksi tipis pada 2017 dibandingkan dengan tahun ini akibat berlimpahnya pasokan.

Produksi CPO pada 2017 akan rebound dengan peningkatan 11% dibandingkan dengan penurunan pada tahun ini sebesar 7%. Permintaan CPO pada tahun depan akan melanjutkan peningkatan dari periode 2016 meskipun cadangan masih terkoreksi.

Kenaikan volume produksi CPO yang naik 11%, membuat perkiraan ekspor akan meningkat 11%. Total CPO fund diperkirakan akan mencapai US$893 juta yang cukup untuk menyubsidi 3,7 juta ton biodiesel.

Jumlah tersebut meningkat 1,1 juta ton dari estimasi tahun ini senilai 2,6 juta ton biodiesel. Sehingga, permintaan CPO pada tahun depan diproyeksi masih tinggi.

"Kalau lihat secara konservatif, harga CPO dari US$633 per ton tahun ini menjadi US$618 per ton pada 2017, turun sekitar 2%. Jadi enggak terlalu banyak turunnya. Ekspektasi karena demand bagus, jadi harga tertolong," tuturnya.

Kiswoyo Adi Joe, analis emiten tambang batu bara PT Recapital Securities, menuturkan badai bagi emiten komoditas batu bara telah berlalu. Namun, kinerja emiten batu bara pada tahun depan tidak bisa berharap lebih besar.

Kenaikan harga batu bara beberapa waktu terakhir, katanya, tidak mampu mengerek kinerja emiten Tanah Air ke arah lebih positif. Pasalnya, penjualan batu bara mayoritas dilakukan secara kontrak berjangka.

"Sekarang harga batu bara mulai turun karena kontrak mulai berakhir. Harga batu bara 2017 seharusnya berada di bawah harga minyak," tuturnya.

Kecuali harga minyak mentah dunia melonjak tajam, harga batu bara tidak bisa lebih tinggi lagi. Lonjakan harga minyak mentah sulit terjadi lantaran Rusia, Arab Saudi, Iran, dan Irak, tidak ingin menurunkan produksinya.

Sejumlah emiten diproyeksi memiliki prospek bagus setelah terjadi efisiensi yang besar. Di antarnya, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper