Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Pilar Sejahtera (AISA): Rasio Utang Meningkat

Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equty ratio/DER) emiten yang bergerak di makanan dan minuman, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. (AISA) mencatatkan total utang hingga Rp3,8 triliun atau hampir menembus 100%.nn
Produk Tiga Pilar Sejahtera. /Bisnis.com
Produk Tiga Pilar Sejahtera. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equty ratio/DER) emiten yang bergerak di makanan dan minuman, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. (AISA) mencatatkan total utang hingga Rp3,8 triliun atau hampir menembus 100%.

Hingga September 2016, emiten berkode saham AISA memiliki rasio utang hingga 96,7% dari total ekuitas senilai Rp3,95 triliun. Sementara itu, utang jangka pendek AISA per September 2016 dengan total Rp1,54 triliun.

Adapun pinjaman paling banyak diperoleh dari pinjaman sindikasi Rabobank International senilai Rp949 miliar, Citibank N.A. Indonesia Rp280,07 miliar dan JP Morgan Chase Bank NA senilai Rp164,09 miliar.

Sekretaris Perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Desilina mengungkapkan nilai utang tersebut termasuk utang obligasi dan sukuk yaitu obligasi pada 2013 senilai Rp600 miliar dan sukuk pada 2013 senilai Rp300 miliar dan sukuk pada Juli 2016 senilai Rp1,2 triliun.

Desilina pun optimis AISA dapat melunasi utang bank dan surat utang melalui kas yang dimiliki. Hingga tahun depan, pihaknya belum berencana untuk kembali merilis surat utang.

"Untuk saat ini, belum ada rencana [menerbitkan surat utang]," ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (17/11/2016).

Analis PT Daewoo Securities Indonesia Dang Maulida menuliskan dalam riset medio November, bahwa tingkat utang AISA terbilang cukup tinggi. Bila dilihat dari sisi lain, kebutuhan utang AISA yakni utang produktif, yang berarti bahwa utang tersebut berfungsi dengan baik untuk menghasilkan pendapatan.

Dang mengungkapkan pertumbuhan pendapatan moderat dan peningkatan profitabilitas AISA pun cukup baik. Emiten bersandi saham AISA mencatatkan penjualan hingga September 2016 senilai Rp4,97 triliun, tumbuh 10,4% dari posisi Rp4,5 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper